Pengikut

Rabu, 22 Juli 2015

contoh metopel

KEEFEKTIVAN METODE DISKUSI DAN STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI TRIGONOMETRI KELAS XI
DI SMA NEGERI 4 LANGSA n n n

A.           LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Mengingat akan pentingnya pendidikan, maka pemerintahanpun merancang program wajib belajar 9 tahun, melakukan peubahan kurikulumyaitu dari KBK(Kurikulum Berbasis Kompetensi), berganti menjadi KTSP(Kurikum Tingkat Satuan Pendidikan), dan sekarang adalah Kurikum 2013 yang lebih mendahlukan menanamkan sifat-sifat pada peserta didik. Pendidikan yang ada sekarang ini bukan hanya dari pemerintah (sekolah negeri) saja tetapi juga banyak pendidikan dari kelompok swasta, namun jika kita melihat sekarang kualitas antara swata dan sekolah negeri masih lebih tinggi sekolah swasta.
Pendidikan dapat berkualitas baik apabila proses pembelajarnya bagus, didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Pendidik adalah unsur manusiawi dalam pedidikan. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memengang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang membicarakan tentang masalah dunia pendidikan, maka figur guru akan terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Karena pada pendidikan formal gurulah yang menjalankan proses pengajaran pada peserta didik, dan sebagai kunci utama kesuksesan peserta didiknya adalah dari guru yang mengajarkannya.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu strategi pembelajaran yang baik untuk menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Seorang guru harus dapat membuat sebuah rancangan yang baik dalam melakuakn proses belajar-mengajar di sekolah, ini berarti ia dapat mengelola proses belajar-mengajar dengan baik. Dalam mengelolan proses belajar yang harus dilakukan yang pertama dalah merancang pengajaran yang akan di praktekkan di lapangan, kedua melaksanakan proses belajar, mengajar, dan yang ketiga adalah kemampuan mengevaluasi (pelaksanaan penilaian).
Guru adalah faktor yang penting dalam proses pembelajaran, apakan ini berarti peserta didik dapat memiliki kualitas yang bagus,bila gurunya bagus? Tentu saja belum karena masih ada faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi peserta didik seperti faktor pribadi dari peserta didik yaitu kemauan dari peserta didik sendiri untuk belajar dan menambah ilmu yang dimilikinya. Bila peserta didik sendiri hanya menerima ilmu yang disampaikan oleh guru tanpa adanya keinginan untuk menambah ilmunya maka ia hanya akan terbatas sampai materi yang telah di ajarkan gurunya. Ini kurang baik, karena bisa saja apa yang telah di sampaikan oleh guru kadang kalanya ada yang kurang, oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran yang lebih di luar pembelajaran di kelas. Selain faktor pribadi terdapat faktor lingkungan, bagaimana sarana dan prasarana yang ada untuk menunjang keefektifan pembelajarannya. Salah satu faktor lingkungan yang alain adalah teman ataupun sahabat yang dimiliki oleh peserta didik.
Bisa di katakan hampir setiap peserta didik di setiap sekolah maupun dalam lingkungannya memiliki teman. Sahabat adalah orang yang lebih spesiap dari pada teman, dengan teman mungkin seseoarang hanya menceritakan tentang hal yang sudah ada dalam kejadian mereka sehari-hari, namun sahabat adalah tempat peserta didik mencurahkan isi hatinya. Sahabat bisa memberikan beberapa efek perubahan dalam diri peserta didik, mulai dari tingkahlaku, sifat, motivasi, dan sebagainya. Jadi dapat dikatakan pemilihan sahabat akan mempengaruhi jiwa dari peserta didik.
Peserta didik kadang kala memiliki sifat takut atau malu terhadap guru, di mana ia takut atau malu untuk bertaya tentang materi yang kurang dimengerti. Karena peserta didik yang takut atau malu sehingga nilai yang ia dapat kurang efektif. Apakah ini kesalahan dari guru atau peserta didik? Jika kita lihat maka guru tidak mungkin sepenuhnya untuk dapat memotivasi dan mengawasi seluruh peserta didik. Peserta didik juga harus memiliki motivasi sehingga ia mau untuk belajar tidak hanya ketika guru menjelaskan di kelas namun juga untuk belajar di luar jam pelajaran. Peserta didik sebenarnya dapat belajar dengan guru di luar jam pelajaran, namun jika peserta didik memiliki rasa malu atau takut terhadap gurunya maka ia tidak akan berani. Adakah solusi agar pembelajaran menjadi lebih efektif? Makanya di butuhkan teman atau sahabat yang mengerti dibidang pelajaran yang kurang dapat di pahami oleh peserta didik.
Biasanya di ruangan biasa (bukan kelas inti), masih banyak siswa yang masih kurang paham terhadap materi pelajaran. Peserta didik bukannya tidak menguasai semua pelajaran namun ada beberapa pelajaran yang kurang ia mengerti. Jika terjadi hal seperti ini maka bisa dilakukan simbiosis mutualisme, maksudnya bagi siswa yang belum menguasai materi tertentu maka dapat mempelajari materi tersebut dari teman yang lebih mengerti atau sudah paham. Walaupun pada awalnya terkadang sulit mengerti penjelasan materi dari teman namun terkadang penjelasan teman lebih mudah di mengerti dari pada penjelasan guru mata pelajaran itu sendiri. Jika kita sering belajar bersama maka otomatis ilmu yang di sapat akan bertambah, penjelasan materi dari guru dan penjelasan materi oleh teman.
B.            RUMUSAN MASALAH
Mengingat fokus masalah yang di uraikan dalam latar belakang di atas, maka penelitian membatasi pada permasalah tentang “Bagaimana Keefektivan metode diskusi dengan strategi pembelajaran tutor sebaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi trigonometri kelas XI di SMA Negeri 4 Langsa” . secara lebih rinci penelitian merumuskan sebagai berikut:
1.             Apakah penyebab siswa kurang berminat memperhatikan pelajaran trigonometri SMA kelas XI semester I?
2.             Bagaimana keaktifan partipasi siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran trigonometri SMA kelas XI semester I?
3.             Apakah penerapan metode diskusi dengan strategi pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi trigonometri SMA kelas XI semester I?
C.           TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.             Untuk mengetahui penyebab siswa kurang berminat memperhatikan pelajaran trigonometri SMA kelas XI semester I.
2.             Untuk mengetahui keaktifan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran trigonometri SMA kelas XI semester I.
3.             Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi dengan strategi pembelajaran tutor sebaya pada materi trigonometri SMA kelas XI semester I.
D.           MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini memberikan manfaat bagi peserta didik, guru dan sekolah serta peneliti.
1.             Bagi peserta didik, sebagai salah satu cara yang dapat dipakai untuk menguasai materi pelajaran trigonometri.
2.             Bagi guru, memberikan tambahan cara yang dapat dipakai oleh guru dalam mengajarkan materi trigonometri terhadap peserta didik.
3.             Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, maupun pembelajaran lainya.
4.             Bagi penulis, sebagai latihan bagi penulis dalam usaha menyatukan serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai baha bandingan atau referensi khususnya kepada penulis lain yang akan mengakaji masalah yang sama.
E.            BATASAN MASALAH
Agar permasalah yang teridentifikasi dapat dikaji secara mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi dengan strategi pembelajaran tutor sebaya pada materi trigonomteri. Beberapa hal yang terkait dengan hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah:
1.             Penelitian dilakukan pada kelas XI SMA Negeri 4 Langsa pada tahun ajaran 2013/2014 pada materi Trigonometri yang di ajarkan pada semester I.
2.             Metode diskusi merupakan cara penyajian bahan pelajaran di mana tutor sebaya akan mengajarkan pada temannya pada kelompok tertentu.
3.             Strategi pembelajaran tutor sebaya merupakan strategi pembelajaran dimana siswa bukan dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya.
4.             Hasil belajar siswa meliputi beberapa indikator, antara lain: (1) keaktifan siswa selama apersepsi, (2) keaktifan siswa dalam berdiskusi saat mengikuti pembelajaran, (3) ketelitian dan ketepatan siswa dalam menyelesaikan persoalan/soal, (4) ketuntasan hasil belajar (standar nilai KKM 70).
F.            DEFINISI OPERASIONAL
Berikut ini beberapa definisi operasional guna menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul penelitian, yaitu:
1.             Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkn jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengunpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyususn berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.[1]
2.             Srategi Pembelajaran Tutor sebaya
Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.
3.             Hasil belajar siswa
Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011) hasil belajar merupakan kemampuan internal (kapasitas) yang meliputi pegetahuan, keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu.
4.             Trigonometri rumus jumlah dan selisih sudut
Trigonometri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membuktikan dan menggunakan rumus trigonomtri dalam pemecahan masalah.
G.           ANGGAPAN DASAR
Beberapa anggapan dasar yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut:
1.             Belajar bersama teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan.
2.             Dengan diskusi dapat menambahkan wawasan siswa
3.             Efektifitas merupakan keberhasilan siswa dalam belajar dengan menggunakan bahan ajar bilinggual yang di tunjukkan dengan hasil belajar. Efektifitas berkaitan dengan dampak metode dan strategi yang diajarkan terhadap hasil belajar siswa.
H.           HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan dugaan sementara sebelum mengadakan penelitian yang sebenarnya dan masih harus diuji berdasarkan dari suatu penelitian. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah keefektifan metode diskusi dengan strategi pembelajaran dengan turor sebaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Trigonomteri pada kelas XI di SMA Negeri 4 Langsa.
I.              KAJIAN TEORI
1.             Efektivitas
Efektivitas berarti keberhasilan. Efektifitas itu sendiri berasal dari kata efektif yang dalam penelitian ini di maksudkan adalah keberhasilan dalam pembelajaran dengan motede diskusi oleh tutor sebaya terhadap hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional.[2]
2.             Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengunpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyususn berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.[3]
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkn jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengunpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyususn berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.[4]
Diskusi dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk (tipe) dan dengan bermacam-macam tujuan. Tipe dan tujuan yang ada dalam penelitian ini adalah The educational-diagnosis meeting yang dimaksud adalah para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman. Mereka atas pelajaran yang telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik/benar.[5]
Langkah-langkah penggunaan metode diskusi
a.       Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa.
b.      Dengan pemimpin guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi (ketua, sekretaris (pencatat), pelapor (kalau perlu), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya). Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang:
·         Lebih memahami/menguasai masalah yang akan disdikusikan.
·         “Berwibawa” dan disenangi oleh teman-temanya.
·         Berbahasa baik dan lancar bicaranya.
·         Dapat bertindak tegas, adil dan demokratis.
Tugas pemimpin diskusi antara selain sebagai berikut:
·         Pengatur dan pengarah acara diskusi.
·         Pengatur “lalu lintas” percakapan.
·         Penengah dan penyimpul berbagai pendapat.
c.       Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain (kalau ada lebih satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar.
d.      Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberikan penjelasan terhadap laporan tersebut.
e.       Para siswa mencatat hasil (hasil-hasil) diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiaptiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya untuk “file” kelas.
Keuntungan penggunaan metode diskusi
a.       Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.
b.      Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.
c.       Metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah.
d.      Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sindiri.
e.       Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
Forum diskusi dapat diikuti oleh semua siswa di dalam kelas dapat pula dibentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil. Diskusi dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk (tipe) dan dengan bermacam-macam tujuan. Di antaranya adalah sebagai berikut:
a.       The Social Problema Meeting
Para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial
b.      The Open-ended Meeting
c.       The Educational-diagnosis Meeting
3.             Strategi pembelajaran tutor sebaya
Hamzah B. Uno (2007:1) memeparkan definisi dari strategi pembelajaran yaitu menurut:
a.       Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.
b.      Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
c.       Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangkan membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
d.      Gropper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai.[6]
Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahawa strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang di pilih oleh pengajar dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan agar mempermudah penguasaan materi oleh peserta didik dan dapat dicapainya tujuan dari pembelajaran tersebut.
Menurut susiliwati (2009:3-28), “Tutor sebaya adalah seorang murid membantu belajar murid lainnya dengan tingkat kelas yang sama” .strategi pembelajaran tutor sebaya dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi, siswa tersebut mengajarkan kepada teman-temannyayang belum paham sehingga memenuhi ketuntasan belajar semuannya. Jadi, diharapkan dengan adanya tutor sebaya, peserta didik yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas kepada teman sebayanya. Dalam kelas tutor sebaya, tugas guru adalah sebagai fasilitator, mediator, motivator, dan evaluator.
Menurut sawali (2007), langkah-langkah metode tutor sebaya adalah sebagai berikut: (1) pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri; (2) Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya, atau disebut “mentor”; (3) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi / kompetensi dasar. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya; (4) Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas; (5) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi / pembahasan sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama. Untuk menentukan siapa yang akan menjadi tutor, diperlukan pertimbangan-pertimbangan tersendiri. Seorang tutor belum tentu siswa yang paling pandai, yang penting diperhatikan siapa yang menjadi tutor tersebut.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:25), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih siapa yang menjadi tutor sebaya, yaitu : (1) Dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikkan, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya; (2) Dapat menerangkan bahan perbaikkan yang diperlukan oleh siswa yang menerima program perbaikkan; (3) Tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati terhadap sesama kawan; (4) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.
Dalam memanfaatkan tutor sebaya harus sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan, tutor harus diberikan pelatihan singkat agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik. Aria Djalil (2011:3.45) menjelaskan cara melatih tutor dapat dilakukan seperti berikut: (1) Memperkenalkan materi dalam buku yang harus ditutorialkan dengan cara mendorong tutor mempelajarinya; (2) Diberikan penjelasan bahwa apabila ada anak yang dibantu ternyata melakukan kesalahan, jangan dulu dibetulkan sebelum anak yang dibantu itu mengetahui kesalahannya dan mencoba memecahkannya sendiri; (3) Diberikan penjelasan bahwa perlu adanya pembahasan tentang materi yang dipelajari secara bersama-sama sehingga diketahui kekurangan dari murid yang dibantu tersebut; (4) Dilatih untuk membuat penilaian, misalnya dilatih untuk mengajukan pertanyaan.
Melalui kegiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan meningkat karena disamping mereka harus menguasai konsep atau ide yang akan dijelaskan mereka juga harus mencari teknik untuk menjelaskan konsep atau ide tersebut. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:26), mengatakan bahwa tutor sebaya memiliki beberapa manfaat yaitu sebagai berikut. (1) Ada kalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru; (2) Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghafalkannya kembali; (3) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran; (4) Mempererat hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. Sedangkan menurut Aria Djalil (2011:3.53), keuntungan dari tutor sebaya, antara lain. (1) Memupuk rasa kerja sama dan saling membantu; (2) Meningkatkan kemampuan baik bagi tutor maupun murid yang ditutori; (3) Membentuk rasa bangga pada diri anak atau orang yang menjadi tutor; (4) Menjadi teladan bagi murid lainnya; (5) Bagi murid yang ditutori akan lebih mudah karena tutor akan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami (bahasa anak). (6) Diimbaskan atau menularkan kemampuan yang dimiliki tutor yang selama ini hanya digunakan untuk dirinya sendiri. (7) Murid-murid yang lambat dapat terbimbing secara individual.
4.             Hasil belajar siswa
Hasil belajar merupakan suatu tujuan akhir yang akan diperoleh dari setiap individu yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai hasil belajar, diantaranya yaitu menurut Sri Anitah, dkk (2007:2.19) hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan tingkah laku yang baru dari siswa yang besifat permanen, fungsional, positif, dan disadari. Abdurrahman,1999 (dalam asep Jihad dan Abdul Haris 2008:14), menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010:22), Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Pandapat lain tentang hasil belajar sikemukakan oleh Briggs (dalam Taruh, 2003:17) yang mengatakan bahwa hasil belajar  adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angkat atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar.
Berdasarkan berbagai macam definisi di atas dapat kita simpulkan hasil belajar adalah kamampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik yang sebelumnya telah diberikan kegiatan pembelajaran yang biasanya dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar.
Dick dan Reiser (dalam Sumarno, 2011) mengemukakan bahwa hasilbelajar merupakan kemempuan-kemempuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari atas empat jenis, yaitu (1) pengetahuan, (2) keterampilan intelektual, (3) keterampilan motor, dan (4) sikap. Sedangkan pendapat lai dikemukakan oleh Bloom dan Kratwohl (dalam usman, 1994:29) bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga ketegori yantu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.[7]
Benyamin Bloom (Nana Sudjana , 2010: 22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a.  Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
b.  Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut.
1) Reciving/ attending (penerimaan)
2) Responding (jawaban)
3) Valuing (penilaian)
4) Organisasi
5) Karaakteristik nilai atau internalisasi nilai
c.  Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
1) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar;
2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;
3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain;
4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan;
5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks;
6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Tohirin (2006:155) mengungkapkan seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007: 121) mengungkapkan ranah kognitif pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah ingatan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan untuk analisis, sintesis, baru dapat dilatih di SLTP dan SMU dan Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang ada. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah, misalnya mengingat rumus, istilah, nama-nama tokoh atau nama-nama kota. Kemudian pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan, misalnya memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Sedangkan aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Menerapkan abstraksi yaitu ide, teori atau petunjuk teknis ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, model atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu. Di antara ketiga ranah tersebut,ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 2005: 23). Dalam pembatasan hasil pembelajaran yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).[8]
5.             Pembelajaran Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata Matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensia. (Nasution, 1980 dalam Sri Subarinah, 2006: 1)
Sampai detik ini belum ada kesepakatan yang bulat antara matematikawan, tentang apa yang dimaksud dengan matematika. Beberapa pendapat mendefenisikan matematika sebagai berikut:
a)             Jujun. S. Surya Sumantri mengatakan “matematika adalah bahasa yang mengembangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan”.[9]
b)             Dalam kamus besar bahasa indonesia dikatakan bahwa “matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur oprasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.[10]
c)             James And James (dalam Karso, 1993) berpendapat bahwa “matematika adalah ilmu tentang struktur yang bersifat tentang deduktif atau aksiomatik, akurat dan abstrak”.[11]
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli matematikawan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang memiliki sifat abstrak, dnegan struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang penting dalam pengembangan ilmu-ilmu lain.
Matematika merupakan salah satu bidang terpenting dalam ilmu pengetahuan. Jika dilihat berdasarkan pengklasifikasian ilmu pengetahuan, pelajaran matematiaka termasuk kedalam ilmu eksakta, yang lebih banyak memerlukan pemahaman daripada hafalan. Untuk bisa memahami suatu pokok bahasan dalam matematika, peserta didik dituntut untuk dapat menguasai konsep-konsep matamatika dan keterkaitannya serta mampu menerapkan konsep-konsep tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Matematika juga merupakan salah satu dari bidang studi utama yang harus dipelajari oleh semua jenjang pendidikan baik itu pendidikan dasar, menengah bahkan beberapa perguruan tinggi. Karena matematika ini mempunyai peranan sebagai pendukung dari mata pelajaran lainnya, seperti pelajaran fisika, kimia, ekonomi dan lain sebagainya.
Ada beberapa alasan tentang perlunya matematika diajarkan kepada pesrta didik, yaitu karena:
a)             Matematika selalu digunakan dalam segi kehidupan, seperti dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menggunakan matematika sebagai acuan dalam perdagangan untuk menghitung keuntungan ataupun kerugian dari berdagang.
b)             Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, contohnya pelajaran kimia, fisika, ekonomi dan lain sebagainya.
c)             Merupakan sarana komunikasi yang singkat, padat, dan jelas.
d)            Bisa dimanfaatkan sebagai media untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara.
e)             Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesabaran peserta didik.
f)              Memberikan suatu kepuasan terhadap penyelesaian materi yang sulit dan menantang.
6.             Trigonometri Jumlah dan Selisih Dua Sudut
a.   Rumus Cosinus Jumlah dan Selisih Dua Sudut
Sebelum membahas rumus cosinus untuk jumlah dan selisih dua sudut, perlu kamu ingat kembali pelajaran di kelas X. Dalam segitiga siku-siku ABC berlaku:
A
B
C
Selanjutnya, perhatikanlah gambar di samping. Dari lingkaran yang berpusat di O(0, 0) dan berjari-jari 1 satuan misalnya,
Maka
Dengan mengingat kembali tentang koordinat Caresius, maka:
a. koordinat titik A (1, 0)
b. koordinat titik B (cos A, sin A)
c. koordinat titik C {cos (A + B), sin (A + B)}
d. koordinat titik D {cos (–B), sin (–B)} atau (cos B, –sin B)
Rumus cosinus jumlah dua sudut:
Dengan cara yang sama, maka:
Rumus cosinus selisih dua sudut
b.  Rumus Sinus Jumlah dan Selisih Dua Sudut
Perhatikan rumus berikut ini.
Maka rumus sinus jumlah dua sudut
Dengan cara yang sama, maka:
Rumus sinus selisih dua sudut:
c. Rumus Tangen Jumlah dan Selisih Dua Sudut
Rumus tangen jumlah dan selisih dua sudut:

J.             TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1.             Lokasi penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di SMA Negeri 4 Langsa
2.             Waktu Penelitian
Penelitian di rencanakan akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dan direncanakan dilakukan selama kurang lebih satu bulan.
K.           METODE DAN VARIABEL PENELITIAN
1.             Metode Penelitian
Dalam subjek penelitian ini akan di bagi kedal 2 kelas, yaitu  kelas eksperimen  dan I kelas kelompok kontrol. Pembagiannya dalah sebagai berikut :
1.             Kelas eksperimen yang didalam kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran problem solving.
2.             Sedangkan untuk kelas kontrol yang didalam kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional.
Adapun metode dari rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Kelompok
Bebas
Terikat
Eksperimen
X1
Y1
Kontrol
X2
Y2
Keterangan :
X1 = Siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika menggunakan metode diskusi pada strategi pembelajaran tutor sebaya.
X2 = Siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Y1 = Peningkatan hasil belajar siswa dalam matematika kelompok eksperimen dengan menggunakan metode diskusi pada strategi pembelajaran tutor sebaya.
Y2 = Penigkatan hasil belajar siswa dalam matematika kelompok control dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.
2.             Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu:
a.       Variabel bebas: metode diskusi dengan strategi pembelajaran tutor sebaya
b.      Variabel terikat: peningkatan hasil belajar siswa
L.            POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1.             Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 4 Langsa Tahun Ajaran 2013/2014.
2.             Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Cluster random sampling digunakan apabila populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster (Margono, 2009: 127). Adapun teknik pengambilan cluster random sampling yaitu dengan mengambil tiga kelas secara acak untuk menentukan kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol. Adapun kelas eksperimen yaitu kelas yang mendapatkan model pembelajaran problem solving, sedangkan kelas control yaitu kelas yang mendapatkan model pembelajaran konvensional.
M.          LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Dalam produser penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan penelitian.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian antara lain dilakukan sebagai berikut:
1.             Persiapan Penelitian
Sebelum memulai untuk melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa kegiatan persiapan, antara lain:
a.              Menyusun proposal penelitian
b.             Pengajuan surat izin penelitian dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) yang akan dilaksanakan di SMA Negeri 4 Langsa.
c.              Melakukan konsultasi dengan pembimbing untuk langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan dan menetapkan metodologi penelitian yang akan digunakan.
d.             Konsultasi dengan pihak sekolah dalam hal ini yaitu kepada Kepala  SMA Negeri 4 Langsa dan guru mata pelajaran matematika.
e.              Menentukan sampel penelitian yang dilibatkan pada penelitian yang akan dilakukan.
f.              Meminta dokumentasi daftar nama dan nilai siswa kepada guru mata pelajaran matematika yang bersangkutan.
g.             Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi trigonometri jumlah dan selisih dua sudut.
h.             Membuat LKS.
i.               Menyusun instrumen.
2.             Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan pelaksanaan penelitian antara lain :
a.              Melakukan validasi instrumen dan melakukan uji coba soal tes
b.             Menghitung reabilitas soal tes
c.              Memberikan pretest
d.             Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dan dengan strategi pembelajaran tutor sebaya pada kelas eksperimen.
e.              Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran langsung pada kelas kontrol.
f.              Melaksanakan posttest
g.           Menganalisis data yang terkumpul.
N.           TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN ISTRUMEN PENELITIAN
1.             Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu :
a.              Teknik Dokumentasi
Teknik  dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa beserta nilainya yang kemudian akan di jadikan dasar analisis data awal.
b.             Teknik Tes
Teknik  ini di anggap sebagai alternatif terbaik yang di gunakan untuk mendapatkan data cerminan dari suatu eksperimen. Dengan tes di harapkan bisa di peroleh data kuantitatif dari hipotesis yang di ajukan.
2.             Instrumen Penelitian
a.              Penyusunan instrumen
Instrumen yang di gunakan adalah tes pada pembelajaran matematika dengan meteri trigonometri jumlah dan selisih dua sudut. Perangkat tes tersebut berupa uraian/ essay untuk mengungkapkan kemampuan pecahan masalah matematika siswa dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran pokok trigonometri jumlah dan selisih dua sudut.
Adapun prosedur yang di tempuh dalam penyususunan instrumen ini adalah sebagai berikut :
1.      Perencanaan
Perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi, variabel untuk tes.
2.      Penulisan butir soal
3.      Penyuntingan
Melengkapi instrument dengan pedoman mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang perlu.
4.      Uji coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
5.      Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran.
6.      Mengadakan revisi terhadap item-item yang di rasa kurang baik dan mendasarkan diri pada data yang di peroleh suwaktu uji coba.
(Arikunto, 2006: 166)
b.             Uji Instrumen
Uji instrumen tes berguna untuk menentukan validitas butir soal, reabilitas, daya pembeda butir soal dan tingkat kesukaran butir soal.
1.             Validitas Butir Soal
Menurut Arikunto (2006:168) “ validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kepalidan dan kesahihan suatu instrumen”.
Teknik yang di gunakanuntuk mengetahui validitas butir soal dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut :
 
 Keterangan :
            = keofesien korelasi item
N  = banyaknya responden
X  = jumlah skor item
Y  = jumlah skor semua item
∑X           = jumlah skor item
∑Y           = jumlah skor total
∑XY        = jumlah perkalian skor item dan skor total
          = jumlah kuadrat skor item
          = jumlah kuadrat skor total
Soal di katakan valid jika thitung > rtabel (Arikunto, 2006: 170)
2.             Reabilitas Soal
Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengamatan data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu soal dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat diberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek, lalu diberikan pada subjek yang sama dilain waktu hasilnya relatif sama. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Uji reliabilitas dalam penelitiannya ini menggunakan rumus yaitu :
 :
            = reabilitas instrumen
K  = banyaknya butir soal
          = jumlah varians butir soal
= varians total
Dengan rumus varians yang di gunakan adalah :
Keterangan :
            = jumlah skor setiap item
N  = jumlah siswa
          = jumlah kuadrat skor tiap item
Kriteria penafsiran reliabilitas:
Jika 0,000    r11 <  0,200 : reliabilitas sangat rendah
Jika 0,200  r11 < 0,400 : reliabilitas rendah
Jika 0,400  r11 < 0,600 : reliabilitas cukup
Jika 0,600 ≤ r11 < 0,800 : reliabilitas tinggi
Jika 0,800 ≤ r11 ≤ 1,000 : reliabilitas sangat tinggi
(Arikonto, 2006 : 196)
3.             Tingkat Kesukaran Butir Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usahanya. Sedangkan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Arikunto, 2006: 207).
Teknik perhitungan tingkat kesukaran tes bentuk uraian adalah dengan menghitung besarnya persentase yang gagal menjawab atau berada di bawah batas lulus untuk tiap-tiap item. Dalam penelitian ini penulis menetapkan batas lulus ideal adalah 65% dari skor maksimal. Tingkat kesukaran tes bentuk uraian dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
TK = taraf kesukaran
Adapun untuk mengintepretasikan nilai tingkat kesukaran dapat digunakan tolak ukur sebagai berikut:
a. Jika jumlah testi gagal mencapai 27% termasuk rendah
b. Jika jumlah testi gagal antara 27% sampai 72% termasuk sedang
c. Jika jumlah testi gagal mencapai 72% ke atas termasuk sukar
(Arifin, 1991: 135)
4.             Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah (Arikunto: 2006: 211). Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda bagi tes bentuk uraian adalah dengan menghitung perbedaan dua rata-rata yaitu antara rata-rata kelompok atas dengan rata-rata kelompok bawah. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan :
t    = daya beda item
MH           = rata-rata dari kelompok atas
ML           = rata-rata dari kelompok bawah
          = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok atas
          = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok bawah
n   =  banyaknya responden
Daya pembeda dikatakan signifikan jika harganya t hitung = t tabel
(Arifin, 1991 : 141)
O.           TEKNIK ANALISIS DATA
1.      Analisis Awal
a.              Uji normalitas
Langkah awal sebelum melakukan penelitian untuk kemampuan pemecahan masalah adalah menguji normalitas untuk menyatakan apakah sampel berasal dari distribusi normal atau tidak. Statistika yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah uji chi-kuadrat, yakni sebagai berikut.
Keterangan :
= frekuensi hasil pengamatan,
  = frekuensi hasil yang diharapkan,
k   = jumlah kelas interval,
Kriteria pengujiannya adalah Ho ditolak jika  ≥  dengan derajat kebebasan (dk) = k – 3 dan taraf signifikan 5% . Untuk harga-harga  lainnya Ho diterima (Sudjana, 2002: 287).
b.             Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok mempunyai varians yang sama atau berbeda. Jika kelompok mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen.
Rumus yang digunakan untuk uji homogenitas 2 pihak adalah:
Hasil perhitungan dibandingkan dengan  yang di peroleh dengan daftar distribusi F dengan peluang 1/2 , sedangkan derajat kebenaran  dan  masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut dimana  = 0,05. Dalam hal ini  ditolak jika F ≥  (Sudjana, 2005: 250).
Untuk menguji homogenitas k buah (k ≥ 2) dengan banyak
tiap kelas berbeda maka akan digunakan uji bartlett. Hipotesis statistik yang diuji adalah:
 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
1)    Menentukan varian gabungan :
2)    Menentukan harga satuan B dengan rumus :
3)    Menentukan statistik chi-kuadrat
Untuk hasil perhitungan tersebut di konsultasikan dengan table chi-kuadrat dengan peluang (1 - ) untuk  dk = k- 1. kriteria pengujiannya adalah jika  hitung < maka data dari sampel populasi dikatakan homogen dan apabila  hitung >  maka data dari sampel populasi dikatakan tidak homogen (Sudjana, 2005: 263).
c.              Uji varians klasifikasi tunggal
Untuk menguji hipotesis keempat pada penelitian ini digunakan Anova (Analisis of Variance) yang merupakan bagian dari metode analisis statistika yang berupa analisis komparatif  (perbandingan) lebih dari dua rata-rata. Sebelum mengadakan perhitungan nilai F, maka perlu dibuat tabel persiapan. Rumus-rumus untuk masing-masing pengertian yaitu sebagai berikut:
Sumber
Variansi
(SV)
Jumlah Kuadrat (JK)
Derajat Kebebasan (db)
Mean Kuadrat (MK)
Kelompok (K)
Dalam (d)
Total
-
Keterangan :
= jumlah subjek dalam kelompok
k   = kelompok
N  = jumlah subjek seluruhnya
        = faktor korelasi yang muncul
Sebelum di masukkan kerumus tabel tersebut maka perlu melakukan beberapa perhitungan berikut:
1.      Menghitung jumlah kuadrat total ( )
2.      Menghitung jumlah kuadrat antara kelompok ( ) dengan rumus:
3.      Menghitung jumlah kuadrat dengan kelompok ) dengan rumus:
4.      Menghitung mean kuadrat antara kelompok ) dengan rumus:
5.      Menghitung mean kuadrat dalam kelompok ) dengan rumus:
6.      Setelah itu baru menentukan  ( ) dengan rumus:
 dengan
Membandingkan harga  dengan , derajat kebebasan yang di gunakan untuk melihat table F adalah .
Cara untuk menentukan kesimpulan adalah sebagai berikut.
Jika
Jika
Jika
a) Harga  yang diperoleh sangat signifikan
a)    Harga  yang diperoleh signifikan
a)  Harga  yang diperoleh tidak signifikan
b) Ada perbedaan mean secara sangat signifikan
b)   Ada perbedaan   mean secara signifikan
b) Ada perbedaan mean secara sangat signifikan
c) Hipotesis nihil ) ditolak
c)    Hipotesis nihil ) ditolak
c)  Hipotesis nihil ) diterima
d)P < 0,01 atau = 0,01
d)   P < 0,05 atau = 0,05
d) P < 0,05

d.             Uji t (uji pihak kanan)
Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini di gunakan uji t, dengan ketentuan sebagai berikut:
1.      Jika
2.     
Keterangan :
koefesien komparasi
rata-rata kelompok eksperimen
rata-rata kelompok control
jumlah subjek kelompok eksperimen
jumlah subjek kelompok control
varians kelompok eksperimen
varians kelompok control
kriteria pengujian adalah; hipotesis Ho diterima jika:
 
Dengan  dan
(Sudjana, 2005: 214).













DAFTAR PUSTAKA
DepDikBUd. 1988. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
DepDikBud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Karso.1993. Dasar-dasar Pendidikan MIPA. Jakarta : UT.
Suryosubroto, B., 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta :Rineka Cipta.
Sumantri S., Jujun. 1990. Filsafat Ilmu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara.



[1] B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 179.
[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 1996)
[3] B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta:Rineka Cipta) hlm. 179.
[4] Ibid, hlm. 179.
[5] Ibid, hlm. 180
[6] Hamzah B. Uno , Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan efektif, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), hlm. 1
[7] http://www.slideshare.net/ismdn/teori-hasil-belajar-menurut-para-ahli#
[9] Jujun. S. Sumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990) hlm 190
[10] DepDikBUd, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) ,hlm 108
[11] Karso, Dasar-dasar Pendidikan MIPA, (Jakarta : UT, 1993), hlm 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar