KEEFEKTIVAN
METODE DISKUSI DAN STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA
PADA
MATERI TRIGONOMETRI KELAS XI
DI
SMA NEGERI 4 LANGSA n n n
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah hal
yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan
menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih
kesuksesan dalam kehidupannya. Mengingat akan pentingnya pendidikan, maka
pemerintahanpun merancang program wajib belajar 9 tahun, melakukan peubahan
kurikulumyaitu dari KBK(Kurikulum Berbasis Kompetensi), berganti menjadi
KTSP(Kurikum Tingkat Satuan Pendidikan), dan sekarang adalah Kurikum 2013 yang
lebih mendahlukan menanamkan sifat-sifat pada peserta didik. Pendidikan yang
ada sekarang ini bukan hanya dari pemerintah (sekolah negeri) saja tetapi juga
banyak pendidikan dari kelompok swasta, namun jika kita melihat sekarang kualitas
antara swata dan sekolah negeri masih lebih tinggi sekolah swasta.
Pendidikan dapat
berkualitas baik apabila proses pembelajarnya bagus, didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai. Pendidik adalah unsur manusiawi dalam pedidikan. Guru
adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memengang peranan penting
dalam pendidikan. Ketika semua orang membicarakan tentang masalah dunia
pendidikan, maka figur guru akan terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama
menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Karena pada pendidikan
formal gurulah yang menjalankan proses pengajaran pada peserta didik, dan sebagai
kunci utama kesuksesan peserta didiknya adalah dari guru yang mengajarkannya.
Salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan
proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu
strategi pembelajaran yang baik untuk menunjang keberhasilan dalam proses
belajar mengajar. Seorang guru harus dapat membuat sebuah rancangan yang baik
dalam melakuakn proses belajar-mengajar di sekolah, ini berarti ia dapat
mengelola proses belajar-mengajar dengan baik. Dalam mengelolan proses belajar
yang harus dilakukan yang pertama dalah merancang pengajaran yang akan di
praktekkan di lapangan, kedua melaksanakan proses belajar, mengajar, dan yang
ketiga adalah kemampuan mengevaluasi (pelaksanaan penilaian).
Guru adalah faktor yang
penting dalam proses pembelajaran, apakan ini berarti peserta didik dapat
memiliki kualitas yang bagus,bila gurunya bagus? Tentu saja belum karena masih
ada faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi peserta didik seperti faktor
pribadi dari peserta didik yaitu kemauan dari peserta didik sendiri untuk
belajar dan menambah ilmu yang dimilikinya. Bila peserta didik sendiri hanya
menerima ilmu yang disampaikan oleh guru tanpa adanya keinginan untuk menambah
ilmunya maka ia hanya akan terbatas sampai materi yang telah di ajarkan
gurunya. Ini kurang baik, karena bisa saja apa yang telah di sampaikan oleh
guru kadang kalanya ada yang kurang, oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran
yang lebih di luar pembelajaran di kelas. Selain faktor pribadi terdapat faktor
lingkungan, bagaimana sarana dan prasarana yang ada untuk menunjang keefektifan
pembelajarannya. Salah satu faktor lingkungan yang alain adalah teman ataupun
sahabat yang dimiliki oleh peserta didik.
Bisa di katakan hampir
setiap peserta didik di setiap sekolah maupun dalam lingkungannya memiliki
teman. Sahabat adalah orang yang lebih spesiap dari pada teman, dengan teman
mungkin seseoarang hanya menceritakan tentang hal yang sudah ada dalam kejadian
mereka sehari-hari, namun sahabat adalah tempat peserta didik mencurahkan isi
hatinya. Sahabat bisa memberikan beberapa efek perubahan dalam diri peserta
didik, mulai dari tingkahlaku, sifat, motivasi, dan sebagainya. Jadi dapat
dikatakan pemilihan sahabat akan mempengaruhi jiwa dari peserta didik.
Peserta didik kadang
kala memiliki sifat takut atau malu terhadap guru, di mana ia takut atau malu
untuk bertaya tentang materi yang kurang dimengerti. Karena peserta didik yang
takut atau malu sehingga nilai yang ia dapat kurang efektif. Apakah ini
kesalahan dari guru atau peserta didik? Jika kita lihat maka guru tidak mungkin
sepenuhnya untuk dapat memotivasi dan mengawasi seluruh peserta didik. Peserta
didik juga harus memiliki motivasi sehingga ia mau untuk belajar tidak hanya
ketika guru menjelaskan di kelas namun juga untuk belajar di luar jam
pelajaran. Peserta didik sebenarnya dapat belajar dengan guru di luar jam
pelajaran, namun jika peserta didik memiliki rasa malu atau takut terhadap
gurunya maka ia tidak akan berani. Adakah solusi agar pembelajaran menjadi
lebih efektif? Makanya di butuhkan teman atau sahabat yang mengerti dibidang
pelajaran yang kurang dapat di pahami oleh peserta didik.
Biasanya di ruangan
biasa (bukan kelas inti), masih banyak siswa yang masih kurang paham terhadap
materi pelajaran. Peserta didik bukannya tidak menguasai semua pelajaran namun
ada beberapa pelajaran yang kurang ia mengerti. Jika terjadi hal seperti ini
maka bisa dilakukan simbiosis mutualisme, maksudnya bagi siswa yang belum
menguasai materi tertentu maka dapat mempelajari materi tersebut dari teman
yang lebih mengerti atau sudah paham. Walaupun pada awalnya terkadang sulit
mengerti penjelasan materi dari teman namun terkadang penjelasan teman lebih
mudah di mengerti dari pada penjelasan guru mata pelajaran itu sendiri. Jika
kita sering belajar bersama maka otomatis ilmu yang di sapat akan bertambah,
penjelasan materi dari guru dan penjelasan materi oleh teman.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Mengingat fokus masalah
yang di uraikan dalam latar belakang di atas, maka penelitian membatasi pada
permasalah tentang “Bagaimana Keefektivan metode diskusi dengan strategi
pembelajaran tutor sebaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
trigonometri kelas XI di SMA Negeri 4 Langsa” . secara lebih rinci penelitian
merumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah penyebab siswa kurang berminat
memperhatikan pelajaran trigonometri SMA kelas XI semester I?
2.
Bagaimana keaktifan partipasi siswa
dalam proses pembelajaran mata pelajaran trigonometri SMA kelas XI semester I?
3.
Apakah penerapan metode diskusi dengan
strategi pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi trigonometri SMA kelas XI semester I?
C.
TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui penyebab siswa kurang
berminat memperhatikan pelajaran trigonometri SMA kelas XI semester I.
2.
Untuk mengetahui keaktifan partisipasi
siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran trigonometri SMA kelas XI
semester I.
3.
Untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa dengan metode diskusi dengan strategi pembelajaran tutor sebaya
pada materi trigonometri SMA kelas XI semester I.
D.
MANFAAT
PENELITIAN
Penelitian ini
memberikan manfaat bagi peserta didik, guru dan sekolah serta peneliti.
1.
Bagi peserta didik, sebagai salah satu
cara yang dapat dipakai untuk menguasai materi pelajaran trigonometri.
2.
Bagi guru, memberikan tambahan cara yang
dapat dipakai oleh guru dalam mengajarkan materi trigonometri terhadap peserta
didik.
3.
Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika,
maupun pembelajaran lainya.
4.
Bagi penulis, sebagai latihan bagi
penulis dalam usaha menyatukan serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan
sistematis dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai baha bandingan atau referensi
khususnya kepada penulis lain yang akan mengakaji masalah yang sama.
E.
BATASAN
MASALAH
Agar permasalah yang
teridentifikasi dapat dikaji secara mendalam, maka perlu adanya pembatasan
masalah. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada peningkatan
hasil belajar siswa dengan metode diskusi dengan strategi pembelajaran tutor
sebaya pada materi trigonomteri. Beberapa hal yang terkait dengan hasil belajar
siswa dalam penelitian ini adalah:
1.
Penelitian dilakukan pada kelas XI SMA
Negeri 4 Langsa pada tahun ajaran 2013/2014 pada materi Trigonometri yang di
ajarkan pada semester I.
2.
Metode diskusi merupakan cara penyajian
bahan pelajaran di mana tutor sebaya akan mengajarkan pada temannya pada
kelompok tertentu.
3.
Strategi pembelajaran tutor sebaya
merupakan strategi pembelajaran dimana siswa bukan dijadikan sebagai objek
pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk
menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya.
4.
Hasil belajar siswa meliputi beberapa
indikator, antara lain: (1) keaktifan siswa selama apersepsi, (2) keaktifan
siswa dalam berdiskusi saat mengikuti pembelajaran, (3) ketelitian dan
ketepatan siswa dalam menyelesaikan persoalan/soal, (4) ketuntasan hasil
belajar (standar nilai KKM 70).
F.
DEFINISI
OPERASIONAL
Berikut ini beberapa definisi
operasional guna menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul
penelitian, yaitu:
1.
Metode
Diskusi
Diskusi
adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok
untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu masalah atau bersama-sama
mencari pemecahan mendapatkn jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.
Metode
diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan
kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengunpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyususn
berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.[1]
2.
Srategi
Pembelajaran Tutor sebaya
Tutor sebaya adalah sekelompok siswa
yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa
yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.
3.
Hasil
belajar siswa
Menurut
Gagne (dalam Sumarno, 2011) hasil belajar merupakan kemampuan internal
(kapasitas) yang meliputi pegetahuan, keterampilan dan sikap yang telah menjadi
milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu.
4.
Trigonometri
rumus jumlah dan selisih sudut
Trigonometri
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membuktikan dan menggunakan rumus
trigonomtri dalam pemecahan masalah.
G.
ANGGAPAN
DASAR
Beberapa
anggapan dasar yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut:
1.
Belajar bersama teman sebaya dapat
menghilangkan kecanggungan.
2.
Dengan diskusi dapat menambahkan wawasan
siswa
3.
Efektifitas merupakan keberhasilan siswa
dalam belajar dengan menggunakan bahan ajar bilinggual yang di tunjukkan dengan
hasil belajar. Efektifitas berkaitan dengan dampak metode dan strategi yang
diajarkan terhadap hasil belajar siswa.
H.
HIPOTESIS
PENELITIAN
Hipotesis merupakan
dugaan sementara sebelum mengadakan penelitian yang sebenarnya dan masih harus
diuji berdasarkan dari suatu penelitian. Adapun yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah keefektifan metode diskusi dengan strategi pembelajaran
dengan turor sebaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
Trigonomteri pada kelas XI di SMA Negeri 4 Langsa.
I.
KAJIAN
TEORI
1.
Efektivitas
Efektivitas
berarti keberhasilan. Efektifitas itu sendiri berasal dari kata efektif yang
dalam penelitian ini di maksudkan adalah keberhasilan dalam pembelajaran dengan
motede diskusi oleh tutor sebaya terhadap hasil belajar siswa bila dibandingkan
dengan penggunaan model pembelajaran konvensional.[2]
2.
Metode
Diskusi
Metode
diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan
kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengunpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
penyususn berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.[3]
Diskusi
adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok
untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu masalah atau bersama-sama
mencari pemecahan mendapatkn jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.
Metode
diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan
kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengunpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
penyususn berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.[4]
Diskusi
dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk (tipe) dan dengan bermacam-macam
tujuan. Tipe dan tujuan yang ada dalam penelitian ini adalah The educational-diagnosis meeting yang
dimaksud adalah para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas
dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman. Mereka atas pelajaran yang
telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih
baik/benar.[5]
Langkah-langkah
penggunaan metode diskusi
a. Guru
mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan
seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan
didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa.
b. Dengan
pemimpin guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pemimpin
diskusi (ketua, sekretaris (pencatat), pelapor (kalau perlu), mengatur tempat
duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya). Pimpinan
diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang:
·
Lebih memahami/menguasai masalah yang
akan disdikusikan.
·
“Berwibawa” dan disenangi oleh
teman-temanya.
·
Berbahasa baik dan lancar bicaranya.
·
Dapat bertindak tegas, adil dan
demokratis.
Tugas pemimpin diskusi antara
selain sebagai berikut:
·
Pengatur dan pengarah acara diskusi.
·
Pengatur “lalu lintas” percakapan.
·
Penengah dan penyimpul berbagai
pendapat.
c. Para
siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling
dari kelompok satu ke kelompok lain (kalau ada lebih satu kelompok) menjaga
ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota
kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar.
d. Tiap
kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu
ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberikan
penjelasan terhadap laporan tersebut.
e. Para
siswa mencatat hasil (hasil-hasil) diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil
diskusi dari tiaptiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya untuk “file”
kelas.
Keuntungan
penggunaan metode diskusi
a. Metode
diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.
b. Setiap
siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya
masing-masing.
c. Metode
diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah.
d. Dengan
mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa
akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sindiri.
e. Metode
diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap
demokratis para siswa.
Forum
diskusi dapat diikuti oleh semua siswa di dalam kelas dapat pula dibentuk
kelompok-kelompok yang lebih kecil. Diskusi dapat dilakukan dalam
bermacam-macam bentuk (tipe) dan dengan bermacam-macam tujuan. Di antaranya
adalah sebagai berikut:
a. The
Social Problema Meeting
Para
siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial
b. The
Open-ended Meeting
c. The
Educational-diagnosis Meeting
3.
Strategi
pembelajaran tutor sebaya
Hamzah
B. Uno (2007:1) memeparkan definisi dari strategi pembelajaran yaitu menurut:
a. Kozna
(1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau
bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.
b. Gerlach
dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu.
c. Dick
dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh
komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar
yang/atau digunakan oleh guru dalam rangkan membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.
d. Gropper
(1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai
jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di
capai.[6]
Memperhatikan
beberapa pengertian strategi pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahawa
strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang di pilih oleh pengajar dalam
menyampaikan materi yang akan diajarkan agar mempermudah penguasaan materi oleh
peserta didik dan dapat dicapainya tujuan dari pembelajaran tersebut.
Menurut
susiliwati (2009:3-28), “Tutor sebaya adalah seorang murid membantu belajar
murid lainnya dengan tingkat kelas yang sama” .strategi pembelajaran tutor sebaya
dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap
tinggi, siswa tersebut mengajarkan kepada teman-temannyayang belum paham
sehingga memenuhi ketuntasan belajar semuannya. Jadi, diharapkan dengan adanya
tutor sebaya, peserta didik yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu
untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas kepada teman sebayanya.
Dalam kelas tutor sebaya, tugas guru adalah sebagai fasilitator, mediator,
motivator, dan evaluator.
Menurut
sawali (2007), langkah-langkah metode tutor sebaya adalah sebagai berikut: (1)
pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara
mandiri; (2) Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor
sebaya, atau disebut “mentor”; (3) Masing-masing kelompok diberi tugas
mempelajari satu sub materi / kompetensi dasar. Setiap kelompok dibantu oleh
siswa yang pandai sebagai tutor sebaya; (4) Beri mereka waktu yang cukup untuk
persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas; (5) Setiap kelompok
melalui wakilnya menyampaikan sub materi / pembahasan sesuai dengan tugas yang
telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama. Untuk menentukan
siapa yang akan menjadi tutor, diperlukan pertimbangan-pertimbangan tersendiri.
Seorang tutor belum tentu siswa yang paling pandai, yang penting diperhatikan
siapa yang menjadi tutor tersebut.
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:25), ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih siapa yang menjadi tutor sebaya, yaitu : (1) Dapat
diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikkan, sehingga
siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya; (2)
Dapat menerangkan bahan perbaikkan yang diperlukan oleh siswa yang menerima
program perbaikkan; (3) Tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati terhadap
sesama kawan; (4) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan
bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.
Dalam
memanfaatkan tutor sebaya harus sesuai dengan langkah-langkah yang
direncanakan, tutor harus diberikan pelatihan singkat agar tujuan yang ingin
dicapai dapat terlaksana dengan baik. Aria Djalil (2011:3.45) menjelaskan cara
melatih tutor dapat dilakukan seperti berikut: (1) Memperkenalkan materi dalam
buku yang harus ditutorialkan dengan cara mendorong tutor mempelajarinya; (2)
Diberikan penjelasan bahwa apabila ada anak yang dibantu ternyata melakukan
kesalahan, jangan dulu dibetulkan sebelum anak yang dibantu itu mengetahui
kesalahannya dan mencoba memecahkannya sendiri; (3) Diberikan penjelasan bahwa
perlu adanya pembahasan tentang materi yang dipelajari secara bersama-sama
sehingga diketahui kekurangan dari murid yang dibantu tersebut; (4) Dilatih
untuk membuat penilaian, misalnya dilatih untuk mengajukan pertanyaan.
Melalui
kegiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan meningkat
karena disamping mereka harus menguasai konsep atau ide yang akan dijelaskan
mereka juga harus mencari teknik untuk menjelaskan konsep atau ide tersebut.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:26), mengatakan bahwa tutor sebaya
memiliki beberapa manfaat yaitu sebagai berikut. (1) Ada kalanya hasilnya lebih
baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru;
(2) Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang
sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia
menelaah serta menghafalkannya kembali; (3) Bagi tutor merupakan kesempatan
untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan
melatih kesabaran; (4) Mempererat hubungan antara sesama siswa sehingga
mempertebal perasaan sosial. Sedangkan menurut Aria Djalil (2011:3.53),
keuntungan dari tutor sebaya, antara lain. (1) Memupuk rasa kerja sama dan
saling membantu; (2) Meningkatkan kemampuan baik bagi tutor maupun murid yang
ditutori; (3) Membentuk rasa bangga pada diri anak atau orang yang menjadi
tutor; (4) Menjadi teladan bagi murid lainnya; (5) Bagi murid yang ditutori
akan lebih mudah karena tutor akan menjelaskan dengan bahasa yang mudah
dipahami (bahasa anak). (6) Diimbaskan atau menularkan kemampuan yang dimiliki
tutor yang selama ini hanya digunakan untuk dirinya sendiri. (7) Murid-murid
yang lambat dapat terbimbing secara individual.
4.
Hasil
belajar siswa
Hasil
belajar merupakan suatu tujuan akhir yang akan diperoleh dari setiap individu
yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai
hasil belajar, diantaranya yaitu menurut Sri Anitah, dkk (2007:2.19) hasil
belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam
belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau
perolehan tingkah laku yang baru dari siswa yang besifat permanen, fungsional,
positif, dan disadari. Abdurrahman,1999 (dalam asep Jihad dan Abdul Haris
2008:14), menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010:22), Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Pandapat
lain tentang hasil belajar sikemukakan oleh Briggs (dalam Taruh, 2003:17) yang
mengatakan bahwa hasil belajar adalah
seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di
sekolah yang dinyatakan dengan angka-angkat atau nilai-nilai berdasarkan tes
hasil belajar.
Berdasarkan
berbagai macam definisi di atas dapat kita simpulkan hasil belajar adalah
kamampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik yang sebelumnya telah
diberikan kegiatan pembelajaran yang biasanya dinyatakan dengan angka-angka
atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar.
Dick
dan Reiser (dalam Sumarno, 2011) mengemukakan bahwa hasilbelajar merupakan
kemempuan-kemempuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran,
yang terdiri dari atas empat jenis, yaitu (1) pengetahuan, (2) keterampilan
intelektual, (3) keterampilan motor, dan (4) sikap. Sedangkan pendapat lai
dikemukakan oleh Bloom dan Kratwohl (dalam usman, 1994:29) bahwa hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam
tiga ketegori yantu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.[7]
Benyamin Bloom (Nana
Sudjana , 2010: 22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar
menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua
aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud
adalah:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari
tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut.
1) Reciving/ attending (penerimaan)
2) Responding (jawaban)
3) Valuing (penilaian)
4) Organisasi
5) Karaakteristik nilai atau
internalisasi nilai
c. Ranah Psikomotor
Hasil belajar
psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
1) gerakan refleks yaitu keterampilan
pada gerakan yang tidak sadar;
2) keterampilan pada gerakan-gerakan
dasar;
3) kemampuan
perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris
dan lain-lain;
4) kemampuan di bidang
fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan;
5) gerakan-gerakan skill,
mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks;
6) kemampuan yang
berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Tohirin (2006:155)
mengungkapkan seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar
tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007:
121) mengungkapkan ranah kognitif pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah
ingatan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan untuk analisis, sintesis, baru dapat
dilatih di SLTP dan SMU dan Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang
ada. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah,
misalnya mengingat rumus, istilah, nama-nama tokoh atau nama-nama kota.
Kemudian pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada
pengetahuan, misalnya memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Sedangkan aplikasi adalah
penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Menerapkan
abstraksi yaitu ide, teori atau petunjuk teknis ke dalam situasi baru disebut
aplikasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, model atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Dari beberapa pendapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang
sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor
yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode
tertentu. Di antara ketiga ranah tersebut,ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 2005: 23). Dalam pembatasan
hasil pembelajaran yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada
jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).[8]
5.
Pembelajaran
Matematika
Istilah
matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang
berarti mempelajari. Kata Matematika diduga erat hubungannya dengan kata
sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan
atau intelegensia. (Nasution, 1980 dalam Sri Subarinah, 2006: 1)
Sampai
detik ini belum ada kesepakatan yang bulat antara matematikawan, tentang apa
yang dimaksud dengan matematika. Beberapa pendapat mendefenisikan matematika
sebagai berikut:
a)
Jujun. S. Surya Sumantri mengatakan
“matematika adalah bahasa yang mengembangkan serangkaian makna dari pernyataan
yang ingin kita sampaikan”.[9]
b)
Dalam kamus besar bahasa indonesia
dikatakan bahwa “matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan,
hubungan antara bilangan dan prosedur oprasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan”.[10]
c)
James And James (dalam Karso, 1993)
berpendapat bahwa “matematika adalah ilmu tentang struktur yang bersifat
tentang deduktif atau aksiomatik, akurat dan abstrak”.[11]
Berdasarkan
pendapat dari beberapa ahli matematikawan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang memiliki sifat abstrak, dnegan
struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang penting dalam pengembangan
ilmu-ilmu lain.
Matematika
merupakan salah satu bidang terpenting dalam ilmu pengetahuan. Jika dilihat
berdasarkan pengklasifikasian ilmu pengetahuan, pelajaran matematiaka termasuk
kedalam ilmu eksakta, yang lebih banyak memerlukan pemahaman daripada hafalan.
Untuk bisa memahami suatu pokok bahasan dalam matematika, peserta didik
dituntut untuk dapat menguasai konsep-konsep matamatika dan keterkaitannya
serta mampu menerapkan konsep-konsep tersebut untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
Matematika
juga merupakan salah satu dari bidang studi utama yang harus dipelajari oleh
semua jenjang pendidikan baik itu pendidikan dasar, menengah bahkan beberapa
perguruan tinggi. Karena matematika ini mempunyai peranan sebagai pendukung
dari mata pelajaran lainnya, seperti pelajaran fisika, kimia, ekonomi dan lain
sebagainya.
Ada
beberapa alasan tentang perlunya matematika diajarkan kepada pesrta didik,
yaitu karena:
a)
Matematika selalu digunakan dalam segi
kehidupan, seperti dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menggunakan matematika
sebagai acuan dalam perdagangan untuk menghitung keuntungan ataupun kerugian
dari berdagang.
b)
Semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai, contohnya pelajaran kimia, fisika, ekonomi
dan lain sebagainya.
c)
Merupakan sarana komunikasi yang
singkat, padat, dan jelas.
d)
Bisa dimanfaatkan sebagai media untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara.
e)
Meningkatkan kemampuan berpikir logis,
ketelitian, dan kesabaran peserta didik.
f)
Memberikan suatu kepuasan terhadap
penyelesaian materi yang sulit dan menantang.
6.
Trigonometri
Jumlah dan Selisih Dua Sudut
a. Rumus
Cosinus Jumlah dan Selisih Dua Sudut
Sebelum membahas rumus cosinus untuk
jumlah dan selisih dua sudut, perlu kamu ingat kembali pelajaran di kelas X.
Dalam segitiga siku-siku ABC berlaku:
A
|
B
|
C
|
Selanjutnya, perhatikanlah gambar di
samping. Dari lingkaran yang berpusat di O(0, 0) dan berjari-jari 1
satuan misalnya,
Maka
Dengan
mengingat kembali tentang koordinat Caresius, maka:
a. koordinat titik A (1, 0)
b. koordinat titik B (cos A,
sin A)
c. koordinat titik C {cos (A +
B), sin (A + B)}
d. koordinat titik D {cos (–B),
sin (–B)} atau (cos B, –sin B)
Rumus cosinus jumlah dua sudut:
Dengan cara yang sama, maka:
Rumus cosinus selisih dua sudut
b. Rumus Sinus Jumlah dan Selisih
Dua Sudut
Perhatikan
rumus berikut ini.
Maka rumus sinus jumlah
dua sudut
Dengan cara yang
sama, maka:
Rumus sinus selisih dua
sudut:
c. Rumus Tangen Jumlah dan Selisih Dua Sudut
Rumus tangen jumlah dan selisih dua
sudut:
J.
TEMPAT
DAN WAKTU PENELITIAN
1.
Lokasi
penelitian
Penelitian ini
direncanakan akan dilakukan di SMA Negeri 4 Langsa
2.
Waktu
Penelitian
Penelitian di
rencanakan akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dan
direncanakan dilakukan selama kurang lebih satu bulan.
K.
METODE
DAN VARIABEL PENELITIAN
1.
Metode
Penelitian
Dalam subjek penelitian ini
akan di bagi kedal 2 kelas, yaitu kelas
eksperimen dan I kelas kelompok kontrol.
Pembagiannya dalah sebagai berikut :
1.
Kelas eksperimen yang didalam kegiatan belajar
mengajar menggunakan model pembelajaran problem solving.
2.
Sedangkan untuk kelas kontrol yang didalam kegiatan
belajar mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional.
Adapun metode dari rancangan penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut :
Kelompok
|
Bebas
|
Terikat
|
Eksperimen
|
X1
|
Y1
|
Kontrol
|
X2
|
Y2
|
Keterangan :
X1 = Siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika menggunakan metode diskusi pada strategi pembelajaran
tutor sebaya.
X2 = Siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika
dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Y1 = Peningkatan hasil belajar siswa dalam
matematika kelompok eksperimen dengan menggunakan metode diskusi pada strategi pembelajaran tutor sebaya.
Y2 = Penigkatan hasil belajar siswa dalam matematika
kelompok control dengan menggunakan metode
pembelajaran
konvensional.
2.
Variabel
Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
dua variabel yaitu:
a.
Variabel bebas: metode diskusi dengan
strategi pembelajaran tutor sebaya
b.
Variabel terikat: peningkatan hasil
belajar siswa
L.
POPULASI
DAN SAMPEL PENELITIAN
1.
Populasi
Penelitian
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 4 Langsa Tahun Ajaran
2013/2014.
2.
Sampel
Penelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik cluster random sampling. Cluster random sampling digunakan apabila
populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari
kelompok-kelompok individu atau cluster (Margono, 2009: 127). Adapun teknik
pengambilan cluster random sampling yaitu dengan mengambil tiga kelas secara
acak untuk menentukan kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kelas
kontrol. Adapun kelas eksperimen yaitu kelas yang mendapatkan model pembelajaran problem solving, sedangkan
kelas control yaitu kelas yang mendapatkan model pembelajaran konvensional.
M.
LANGKAH-LANGKAH
PENELITIAN
Dalam produser penelitian ini dilakukan
dua tahap yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan penelitian.
Langkah-langkah yang
ditempuh dalam penelitian antara lain dilakukan sebagai berikut:
1.
Persiapan
Penelitian
Sebelum memulai untuk melakukan
penelitian, peneliti melakukan beberapa kegiatan persiapan, antara lain:
a.
Menyusun proposal
penelitian
b.
Pengajuan surat izin penelitian dari
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) yang akan dilaksanakan di SMA Negeri 4 Langsa.
c.
Melakukan konsultasi
dengan pembimbing untuk langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan dan
menetapkan metodologi penelitian yang akan digunakan.
d.
Konsultasi dengan pihak sekolah dalam
hal ini yaitu kepada Kepala SMA Negeri 4 Langsa dan guru mata
pelajaran matematika.
e.
Menentukan sampel penelitian yang
dilibatkan pada penelitian yang akan dilakukan.
f.
Meminta dokumentasi daftar nama dan
nilai siswa kepada guru mata pelajaran matematika yang bersangkutan.
g.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pada materi trigonometri jumlah dan selisih dua sudut.
h.
Membuat LKS.
i.
Menyusun instrumen.
2.
Pelaksanaan
Penelitian
Kegiatan pelaksanaan penelitian antara
lain :
a.
Melakukan validasi instrumen dan
melakukan uji coba soal tes
b.
Menghitung reabilitas soal tes
c.
Memberikan pretest
d.
Melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi dan dengan strategi pembelajaran tutor sebaya pada
kelas eksperimen.
e.
Melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran langsung pada kelas kontrol.
f.
Melaksanakan posttest
g.
Menganalisis data yang terkumpul.
N.
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA DAN ISTRUMEN PENELITIAN
1.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu :
a.
Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan
untuk mendapatkan daftar nama siswa beserta nilainya yang kemudian akan di
jadikan dasar analisis data awal.
b.
Teknik Tes
Teknik ini di anggap sebagai alternatif terbaik yang
di gunakan untuk mendapatkan data cerminan dari suatu eksperimen. Dengan tes di
harapkan bisa di peroleh data kuantitatif dari hipotesis yang di ajukan.
2.
Instrumen
Penelitian
a.
Penyusunan instrumen
Instrumen yang di gunakan adalah tes pada pembelajaran
matematika dengan meteri trigonometri
jumlah dan selisih dua sudut. Perangkat tes tersebut berupa uraian/ essay untuk
mengungkapkan kemampuan pecahan masalah matematika siswa dan prestasi belajar
siswa pada pembelajaran pokok trigonometri
jumlah dan selisih dua sudut.
Adapun prosedur yang di tempuh dalam penyususunan
instrumen ini adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi, variabel untuk tes.
2. Penulisan butir soal
3. Penyuntingan
Melengkapi instrument dengan pedoman mengerjakan surat pengantar, kunci
jawaban, dan lain-lain yang perlu.
4. Uji coba, baik dalam skala
kecil maupun besar.
5. Penganalisaan hasil, analisis
item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran.
6. Mengadakan revisi terhadap
item-item yang di rasa kurang baik dan mendasarkan diri pada data yang di
peroleh suwaktu uji coba.
(Arikunto, 2006: 166)
b.
Uji Instrumen
Uji instrumen tes berguna untuk menentukan validitas
butir soal, reabilitas, daya pembeda butir soal dan tingkat kesukaran butir
soal.
1.
Validitas Butir Soal
Menurut Arikunto (2006:168) “ validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kepalidan dan kesahihan suatu instrumen”.
Teknik yang di gunakanuntuk mengetahui validitas butir soal dalam
penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar sebagai
berikut :
Keterangan :
N = banyaknya responden
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor semua item
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total
∑XY = jumlah perkalian skor item dan skor
total
∑
= jumlah kuadrat skor item
∑
=
jumlah kuadrat skor total
Soal di katakan valid jika thitung > rtabel (Arikunto, 2006: 170)
2.
Reabilitas Soal
Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengamatan data karena instrumen
tersebut sudah baik. Suatu soal dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat
diberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada
sejumlah subjek, lalu diberikan pada subjek yang sama dilain waktu hasilnya
relatif sama. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak
berarti. Uji reliabilitas dalam penelitiannya ini menggunakan rumus yaitu :
K = banyaknya butir soal
Dengan rumus
varians yang di gunakan adalah :
Keterangan :
N = jumlah siswa
Kriteria penafsiran reliabilitas:
Jika 0,000 ≤ r11 < 0,200 :
reliabilitas sangat rendah
Jika 0,200 ≤ r11 < 0,400 : reliabilitas rendah
Jika 0,400 ≤ r11 < 0,600 : reliabilitas cukup
Jika 0,600 ≤ r11 < 0,800 :
reliabilitas tinggi
Jika 0,800 ≤ r11 ≤ 1,000 : reliabilitas sangat tinggi
(Arikonto, 2006
: 196)
3.
Tingkat Kesukaran Butir Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usahanya.
Sedangkan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya (Arikunto, 2006: 207).
Teknik perhitungan tingkat kesukaran tes bentuk uraian adalah dengan
menghitung besarnya persentase yang gagal menjawab atau berada di bawah batas
lulus untuk tiap-tiap item. Dalam penelitian ini penulis menetapkan batas lulus ideal adalah 65% dari skor maksimal. Tingkat
kesukaran tes bentuk uraian dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
TK = taraf kesukaran
Adapun untuk mengintepretasikan nilai tingkat kesukaran dapat digunakan tolak ukur
sebagai berikut:
a. Jika jumlah testi gagal mencapai 27% termasuk rendah
b. Jika jumlah testi gagal antara 27% sampai 72% termasuk sedang
c. Jika jumlah testi gagal mencapai 72% ke atas termasuk sukar
(Arifin, 1991:
135)
4.
Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah (Arikunto: 2006: 211).
Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda bagi tes bentuk uraian adalah
dengan menghitung perbedaan dua rata-rata yaitu antara rata-rata kelompok atas dengan rata-rata kelompok bawah.
Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan :
t = daya beda item
MH = rata-rata dari kelompok atas
ML = rata-rata dari kelompok bawah
n = banyaknya
responden
Daya pembeda dikatakan
signifikan jika harganya t hitung = t tabel
(Arifin, 1991 : 141)
O.
TEKNIK
ANALISIS DATA
1. Analisis Awal
a.
Uji normalitas
Langkah awal sebelum melakukan penelitian untuk kemampuan pemecahan
masalah adalah menguji normalitas untuk
menyatakan apakah sampel berasal dari distribusi normal atau
tidak. Statistika yang
digunakan dalam uji normalitas ini adalah uji chi-kuadrat, yakni sebagai
berikut.
Keterangan :
k = jumlah kelas interval,
Kriteria pengujiannya adalah Ho ditolak jika
≥
dengan
derajat kebebasan (dk) = k – 3 dan taraf signifikan 5% . Untuk harga-harga
lainnya Ho
diterima (Sudjana, 2002: 287).
b.
Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok
mempunyai varians yang sama atau berbeda. Jika kelompok mempunyai varians yang
sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen.
Rumus yang digunakan untuk uji homogenitas 2 pihak adalah:
Hasil perhitungan
dibandingkan dengan
yang di peroleh dengan daftar
distribusi F dengan peluang 1/2
, sedangkan derajat kebenaran
dan
masing-masing sesuai dengan dk
pembilang dan penyebut dimana
= 0,05. Dalam hal ini
ditolak jika F ≥
(Sudjana, 2005: 250).
Untuk menguji homogenitas k buah (k ≥ 2) dengan
banyak
tiap kelas berbeda maka akan digunakan uji bartlett. Hipotesis statistik yang diuji
adalah:
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
1) Menentukan varian gabungan :
2) Menentukan harga satuan B dengan rumus :
3)
Menentukan statistik chi-kuadrat
Untuk
hasil perhitungan tersebut di konsultasikan dengan table chi-kuadrat dengan
peluang (1 -
) untuk
dk = k- 1. kriteria pengujiannya
adalah jika
hitung <
maka data dari sampel populasi dikatakan homogen dan apabila
hitung >
maka data dari sampel populasi
dikatakan tidak homogen (Sudjana, 2005: 263).
c.
Uji varians klasifikasi tunggal
Untuk menguji hipotesis keempat pada penelitian ini digunakan Anova (Analisis
of Variance) yang merupakan bagian
dari metode analisis statistika yang berupa analisis komparatif (perbandingan) lebih dari dua rata-rata. Sebelum mengadakan perhitungan
nilai F, maka perlu dibuat tabel persiapan. Rumus-rumus untuk masing-masing pengertian yaitu sebagai berikut:
Sumber
Variansi
(SV)
|
Jumlah Kuadrat (JK)
|
Derajat Kebebasan (db)
|
Mean Kuadrat (MK)
|
Kelompok
(K)
|
|
|
|
Dalam (d)
|
|
|
|
Total
|
|
|
-
|
Keterangan
:
k = kelompok
N = jumlah subjek seluruhnya
Sebelum di masukkan kerumus
tabel tersebut maka perlu melakukan beberapa perhitungan berikut:
1.
Menghitung
jumlah kuadrat total (
)
2.
Menghitung
jumlah kuadrat antara kelompok (
) dengan
rumus:
3.
Menghitung
jumlah kuadrat dengan kelompok
) dengan
rumus:
4.
Menghitung
mean kuadrat antara kelompok
) dengan
rumus:
5.
Menghitung
mean kuadrat dalam kelompok
) dengan
rumus:
6.
Setelah
itu baru menentukan
(
) dengan rumus:
Membandingkan harga
dengan
, derajat
kebebasan yang di gunakan untuk melihat table F adalah
.
Cara untuk menentukan
kesimpulan adalah sebagai berikut.
Jika
|
Jika
|
Jika
|
a) Harga
|
a)
Harga
|
a) Harga
|
b) Ada perbedaan mean secara sangat signifikan
|
b)
Ada perbedaan mean secara
signifikan
|
b) Ada perbedaan mean secara sangat signifikan
|
c) Hipotesis nihil
|
c)
Hipotesis nihil
|
c) Hipotesis nihil
|
d)P < 0,01 atau = 0,01
|
d)
P < 0,05 atau = 0,05
|
d) P < 0,05
|
d.
Uji t (uji pihak kanan)
Untuk menguji hipotesis
pada penelitian ini di gunakan uji t, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika
2.
Keterangan :
kriteria pengujian adalah;
hipotesis Ho diterima jika:
Dengan
dan
(Sudjana, 2005: 214).
DAFTAR
PUSTAKA
DepDikBUd. 1988. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
DepDikBud.
1996. Kamus Besar
Bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta: Balai
Pustaka.
Karso.1993. Dasar-dasar
Pendidikan MIPA. Jakarta
: UT.
Suryosubroto, B., 2002. Proses Belajar
Mengajar Di Sekolah. Jakarta :Rineka Cipta.
Sumantri S., Jujun.
1990. Filsafat Ilmu.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Uno, Hamzah B. 2008. Model
Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan efektif.
Jakarta: Bumi Aksara.
[1] B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (jakarta:
Rineka Cipta, 2002), hlm. 179.
[2] Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi kedua (jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 1996)
[3] B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta:Rineka
Cipta) hlm. 179.
[4] Ibid, hlm. 179.
[5] Ibid, hlm. 180
[6] Hamzah B. Uno , Model Pembelajaran Menciptakan Proses
Belajar Mengajar yang Kreatif dan efektif, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), hlm.
1
[7]
http://www.slideshare.net/ismdn/teori-hasil-belajar-menurut-para-ahli#
[9] Jujun. S. Sumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1990) hlm 190
[10] DepDikBUd, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) ,hlm 108
[11] Karso, Dasar-dasar Pendidikan MIPA, (Jakarta : UT, 1993), hlm 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar