Pengikut

Rabu, 21 Mei 2014

Relasi Rekursif

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Suatu barisan dapat kita nyatakan dengan beberapa cara. Cara pertama dengan menuliskan beberapa suku-sukunya. Misalnya barisan bilangan ganjil yang lebih besar dari 2 dapat dinyatakan, yaitu 3, 5, 7, 9, 11, . . . . . Cara kedua nyatakan barisan itu dalam rumus, misalnya barisan bilangan ganjil yang besar dari 2 dengan rumus dinyatakan :  . cara ketiga dengan, rekursif. Suatu barisan didefinisikan secara rekursif maka kondisi awal barisan diketahui, dan suku-suku barisan selanjutnya dinyatakan dalam hubungannya dengan jumlah suku-suku yang sudah dinyatakan sebelumnya. Persamaan yang menyatakan hubungan antara beberapa suku tersebut dinamakan Relasi Rekursi.
Misalnya barisan pangkat dari 2, yaitu 2, 4, 8, 16, . . . dapat dinyatakan sebagai berikut.
disebut kondisi awal, sedang  disebut relasi rekurensi.
Definisi rekursif merupakan suatu jawaban ketika untuk menentukan ru mus eksplisit suatu barisan sangat rumit atau bahkan mustahil. Hal ini terjadi tidak hanya pada barisan bilangan, tetapi juga paling sering terjadi pada beberapa konsep matematika yang lain, seperti: operasi himpunan, proposisi dalam logika, relasi, fungsi, bahasa mesin, dll.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di buat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa definisi dari rekursif?
2.      Bagaimana fungsi, barisan, dan himpunan yang didefinisikan secara rekursif?
3.      Apakah relasi rekursif ?
4.      Bagaimana penyelesaian relasi rekursif?
C.    Tujuan
1.      Dapat mendefinisikan rekursif.
2.      Dapat membuktikan fungsi, barisan, dan himpunan yang didefinisikan secara rekursif.
3.      Dapat mengetahui relasi rekursif
4.      Dapat menentukan penyelesaian relasi rekursif.


BAB II PEMBAHASAN
RELASI REKURSIF
Untuk memahami definisi rekursif, terlebih dahulu perhatikan barisan intejer genap tak-negatif:  Barisan itu bisa kita tuliskan dengan:  Suku ke berapapun dari barisan itu bisa kita peroleh secara langsung, misalnya: suku ke-125 adalah : Barisan yang demikian kita sebut dengan barisan dengan rumus eksplisit.
Definisi rekursif merupakan suatu jawaban ketika untuk menentukan ru mus eksplisit suatu barisan sangat rumit atau bahkan mustahil. Hal ini terjadi tidak hanya pada barisan bilangan, tetapi juga paling sering terjadi pada beberapa konsep matematika yang lain, seperti: operasi himpunan, proposisi dalam logika, relasi, fungsi, bahasa mesin, dll.[1]
Rekursif adalah suatu proses dari fungsi yang memanggil dirinya sendiri. Fungsi yang seperti ini disebut fungsi rekursif (recursive function) . dalam sebuah fungsi rekursif pemanggilan dapat terjadi berulang kali. Karena ada proses yang berulang-ulang maka harus ada suatu kondisi yang mengakhiri.
Pemecahan masalah dengan pendekatan rekursif dapat dilakukan jika masalah tersebut dapat didefinisikan secara rekursif, yaitu masalah dapat diuraikan menjadi masalah sejenis yang lebih sederhana.
      Sebuah objek dikatakan rekursif  (recursive) jika ia didefinisikan dalam terminologi dirinya sendiri.
      Proses mendefinisikan objek dalam terminologi dirinya sendiri disebut rekursi (recursion).[2]
A.    Fungsi yang Didefinisikan secara Rekursif
Tinjau kembali fungsi untuk menghitung faktorial dari bilangan bulat tak-negatif n yang didefenisikan sebagai berikut :
bentuk faktorial tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut
 , untuk
secara rekursif bentuk faktorial dapat dinyatakan

Jika f(n) = n! maka bentuk di atas dapat dinyatakan sebagai berikut:
Kita dapat melihat bahwa dalam proses perhitungan faktorial bilangan tak-negatif n terdapat definisi faktorial itu sendiri. Cara pendefenisian seperti itu, yang mendefenisikan sebuah objek dalam terminologi dirinya sendiri dinamakan definisi rekursif.
Definisi 1: Fungsi f dikatakan fungsi rekursif apabila definisi fungsinya mengacu pada dirinya sendiri[3]
Nama lain dari fungsi rekursif adalah relasi rekursif (recurrence relation). Ingatlah bahwa fungsi adalah bentuk khusus dari relasi.
Definisi 2 : Fungsi f dikatakan fungsi rekursif (recurrence relation)
Penyusunan fungsi rekursif memperhatikan aturan :
a). Basis: bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu pada di sendiri. Bagian ini juga sekaligus menghentikan defenisi rekursif ( dan memberikan sebuah nilai yang terdefenisi pada fungsi rekursif).
b). Rekurens: bagian ini mendefinisikan argumen fungsi dalam terminologi dirinya sendiri. Setiap kali fungsi mengacu pada dirinya sendiri, argumen dari fungsi harus lebih dekat ke nilai awal (basis).[4]
Contoh 1:
Akan ditentukan nilai 4 ! secara rekursif.
Jawab :
(a). basis ,  untuk
(b). rekurens: Untuk  
maka untuk menentukan nilai 4 ! digunakan langkah berikut :
(1)  
(2)                 
(3)                               
(4)                                              
(5)                                                            
Pada baris (5) kita memperoleh nilai yang terdefenisi secara langsung dan bukan faktorial dari bilangan lainnya. Dengan melakukan runut-balik (backtrack) dari baris (5) ke baris (1), kita mendapatkan nilai pada setiap baris untuk menghitung hasil pada baris sebelumnya :
(5)  
(4)  
(3)  
(2)  
(1)  
maka nilai  adalah .
Contoh 2.
Diberikan fungsi rekursif f , yang didefinisikan sebagai berikut:
 bilangan bulat positip, tentukan nilai
Jawab :
 merupakan fungsi floor maka hasil pembagian dibulatkan kebawah
(nilai dibulatkan ke 0)
Contoh lain dari fungsi rekursif yaitu:
Fungsi Chebysev :
Fungsi fibonacci :
Contoh 3:
sehingga:
Latihan :
1. Definisikan an secara rekursif , yang dalam hal ini a adalah bilangan riil tidak-nol dan n adalah bilangan bulat tidak-negatif.
2. Nyatakan a ´ b secara rekursif, yang dalam hal ini a dan b adalah bilangan bulat positif.
B.     Barisan Yang Didefinisikan Secara Rekursif
Perhatikan barisan bilangan berikut ini: 1, 2, 4, 8, 16, 64, …
Setiap elemen ke-n untuk n = 0, 1, 2, … merupakan hasil perpangkatan  2 dengan n, atau an = 2n. Secara rekursif, setiap elemen ke-n merupakan hasil kali elemen sebelumnya dengan 2, atau an = 2an – 1.
            Basis: a0 = 1
            Rekurens: an = 2an – 1.[5]
Contoh 4
Koloni bakteri dimulai dari lima buah bakteri.  Setiap bakteri membelah diri menjadi dua bakteri baru setiap satu jam. Berapa jumlah bakteri baru sesudah 4 jam?
Jawab:
Misalkan an = jumlah bakteri setelah n jam, yang dapat dinyatakan dalam relasi rekursif sebagai berikut:
n = 1  à jumlah bakteri = a1 = 2a0 = 2 × 5 = 10
n = 2  à jumlah bakteri = a2 = 2a1 = 2 × 10 = 20
n = 3  à jumlah bakteri = a3 = 2a2 = 2 × 20 = 40
n = 4  à jumlah bakteri = a4 = 2a3 = 2 × 40 = 80
Jadi, setelah 4 jam terdapat 80 buah bakteri
C.    Himpunan Yang Didefinisikan Secara Rekursif
Langkah-langkah dalam mendefinisikan suatu himpunan secara rekursif:
1.      Langkah basis: Spesifikasi koleksi awal dari anggota
2.      Langkah rekursif: Mendefinisikan aturan konstruksi anggota baru dari anggota yang telah diketahui [6]
Contoh 5:
Misalkan S didefinisikan secara rekursif oleh: 3 Î S, (x+y) Î S jika x Î S dan y Î S
Maka S adalah himpunan bilangan bulat positif yang habis dibagi 3.
Bukti:
Misalkan A himpunan yang beranggotakan semua bilangan bulat positif yang habis dibagi 3.
Untuk membuktikan bahwa A = S, harus ditunjukkan
A Í S dan S Í A.
Bagian I:
Akan dibuktikan A Í S, yaitu menunjukkan bahwa setiap bilangan bulat positif yang habis dibagi 3 ada di S (dengan menggunakan induksi matematika).
Misalkan P(n): proposisi “3n anggota S”.
1.      Langkah basis: P(1) benar, karena 3 Î S.
2.      Langkah induktif:
 Asumsikan P(k) benar, yaitu 3k Î S.
Akan ditunjukkan P(k+1) juga benar, yaitu 3(k+1) Î S
Karena 3k Î S dan 3 Î S, berdasarkan definisi rekursif dari S, 3k+3 = 3(k+1) juga ada di S.
3.      Konklusi:
Jadi, setiap bilangan bulat positif yang habis dibagi 3 ada di S.
Kesimpulan dari bagian I adalah A Í S.
Bagian II:
Akan ditunjukkan S Í A dengan menggunakan definisi rekursif dari S.
Langkah basis:
Akan ditunjukkan setiap anggota awal S ada di A.
Karena 3 habis dibagi 3 maka 3 Î A.
Langkah rekursif:
Akan ditunjukkan bahwa setiap bilangan bulat yang dibangun dengan mengunakan langkah rekursif juga merupakan anggota A, yaitu
(x+y) Î A jika x,y Î S (yang diasumsikan Î A).
Jika x dan y keduanya di A, maka 3 | x dan 3 | y. Akibatnya, 3 | (x + y).
Kesimpulan dari bagian II adalah S Í A.
Jadi, secara keseluruhan, berlaku A = S.
D.    Relasi Rekurens
Relasi rekursif adalah suatu topik penting dan menarik dalam kombinatorik. Banyak permasalahan dalam matematika, khususnya kombinatorik dapat dimodelkan ke dalam bentuk relasi rekursif. Suatu barisan didefinisikan secara rekursif jika kondisi awal barisan ditentukan, dan suku-suku barisan selanjutnya dinyatakan dalam hubungannya dengan sejumlah suku-suku yang sudah dinyatakan sebelumnya.
Barisan (sequence) a0, a1, a2, …, an dilambangkan dengan {an} Elemen barisan ke-n, yaitu an,  dapat ditentukan dari suatu persamaan.
Bila persamaan yang mengekspresikan an dinyatakan secara rekursif dalam satu atau lebih term elemen sebelumnya, yaitu a0, a1, a2, …, an–1, maka persamaan tersebut dinamakan relasi rekurens.[7]
Contoh 6:
an = 2an–1   + 1
an = an–1 + 2an–2
an = 2an–1  – an–2
Kondisi awal (initial conditions) suatu barisan adalah satu  atau lebih nilai yang diperlukan untuk memulai menghitung elemen-elemen selanjutnya.
Contoh 7: 
an = 2an–1   + 1; a0 = 1
an = an–1 + 2an–2 ; a0 = 1 dan a1 = 2 
Karena relasi rekurens menyatakan definisi  barisan secara rekursif, maka kondisi awal merupakan langkah basis pada definisi rekursif tersebut.
Contoh 8:
Barisan Fibonacci  0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, … dapat dinyatakan dengan relasi rekurens
                        fn = fn–1  + fn–2  ;   f0 = 0 dan f1 = 1
Kondisi awal secara unik menentukan elemen-elemen barisan. Kondisi awal yang berbeda akan menghasilkan elemen-elemen  barisan yang berbeda pula.
Solusi dari sebuah relasi rekurens adalah sebuah formula yang tidak melibatkan lagi term  rekursif.   Formula tersebut memenuhi relasi rekurens yang dimaksud.
Contoh 9:
Misalkan {an} adalah barisan yang memenuhi relasi rekurens berikut:  
                        an = 2an–1  – an–2  ;  a0 = 1 dan a1 = 2
Periksa apakah an = 3n merupakan solusi relasi rekurens tersebut.
Penyelesaian:
2an–1  – an–2 = 2[3(n – 1)] – 3(n – 2)
                   = 6n – 6 – 3n + 6
                   = 3n = an
Jadi, an = 3n merupakan solusi dari relasi rekurens tersebut.
Apakah an = 2n merupakan solusi relasi rekurens  an = 2an–1  – an–2  ;  a0 = 1 dan a1 = 2?
Penyelesaian:
2an–1  – an–2 = 2×2n–1 –  2n–2
                   = 2n–1 + 1  –  2n–2
                   = 2n  –  2n–2 ¹ 2n
Jadi, an = 2n  bukan merupakan solusi relasi rekurens tsb.
Cara lain: Karena a0 = 1 dan a1 = 2, maka dapat dihitung
                 a2 = 2a1a0 = 2×2 – 1 = 3
                 Dari rumus an = 2n dapat dihitung a0 = 20 = 1,
                 a1 = 21 = 2, dan  a2 = 22 = 4           
                 Karena 3 ¹ 4, maka an = 2n  bukan merupakan solusi dari relasi rekurens tsb.
a.      Pemodelan Dengan Relasi Rekurens
1.      Bunga majemuk.
Contoh 10.
Misalkan uang sebanyak Rp10.000 disimpan di bank dengan sistem bunga berbunga dengan besar bunga 11% per tahun.  Berapa banyak uang setelah 30 tahun? 
Jawan:
Misalkan Pn menyatakan nilai uang setalah n tahun.  Nilai uang setelah n tahun sama dengan nilai uang tahun sebelumnya ditambah dengan bunga uang:
             Pn = Pn–1  + 0,11 Pn–1 ; P0 = 10.000
Solusi relasi rekurens Pn = Pn–1  + 0,11 Pn–1 ; P0 = 10.000 dapat dipecahkan sebagai berikut:
            Pn        = Pn–1  + 0,11 Pn–1  = (1,11) Pn–1
                        = (1,11) [(1,11)Pn–2] = (1,11)2Pn–2
                        = (1,11)2 [(1,11) Pn–3] = (1,11)3Pn–3
                        = …
                        = (1,11)nP0
Jadi, Pn = (1,11)n P0 = 10.000 (1,11)n
Setelah 30 tahun, banyaknya uang adalah
 P30 = 10.000 (1,11)30 = Rp228.922,97

2.  Menara Hanoi (The Tower of Hanoi)
Contoh 11:
Menara Hanoi adalah sebuah puzzle yang terkenal pada akhir abad 19. Puzzle ini ditemukan oleh matematikawan Perancis, Edouard Lucas.
Dikisahkan bahwa di kota Hanoi, Vietnam, terdapat tiga buah tiang tegak setinggi 5 meter dan 64  buah piringan (disk) dari berbagai ukuran. Tiap piringan mempunyai lubang di tengahnya yang memungkinkannya untuk dimasukkan ke dalam tiang. Pada mulanya piringan tersebut tersusun pada sebuah tiang sedemikian rupa sehingga piringan yang di bawah mempunyai ukuran lebih besar daripada ukuran piringan di atasnya. Pendeta Budha memberi pertanyaan kepada murid-muridnyanya: bagaimana memindahkan seluruh piringan tersebut ke sebuah tiang yang lain; setiap kali hanya satu piringan yang boleh dipindahkan, tetapi tidak boleh ada piringan besar di atas piringan kecil. Tiang yang satu lagi dapat dipakai sebagai tempat peralihan dengan tetap memegang aturan yang telah disebutkan. Menurut legenda pendeta Budha, bila pemindahan seluruh piringan itu berhasil dilakukan, maka dunia akan kiamat!
Secara umum, untuk n piringan, penyelesaian dengan cara berpikir rekursif adalah sebagai berikut:
Kita harus memindahkan piringan paling bawah terlebih dahulu ke tiang B sebagai alas bagi piringan yang lain. Untuk mencapai maksud demikian, berpikirlah secara rekursif: pindahkan n – 1 piringan teratas dari A ke C, lalu pindahkan piringan paling bawah dari A ke B, lalu pindahkan n – 1 piringan dari C ke B.
                        pindahkan n – 1 piringan dari A ke C
                        pindahkan 1 piringan terbawah dari A ke B
                        pindahkan n – 1 piringan dari C ke B
Selanjutnya dengan tetap berpikir rekursif-pekerjaan memindahkan n – 1 piringan dari sebuah tiang ke tiang lain dapat dibayangkan sebagai memindahkan n – 2 piringan antara kedua tiang tersebut, lalu memindahkan piringan terbawah dari sebuah tiang ke tiang lain, begitu seterusnya.
Misalkan Hn menyatakan jumlah perpindahan piringan yang dibutuhkan untuk memecahkan teka-teki Menara Hanoi.
                        pindahkan n – 1 piringan dari A ke C             à Hn-1 kali
                        pindahkan 1 piringan terbawah dari A ke B   à 1 kali
                        pindahkan n – 1 piringan dari C ke B                         à Hn-1 kali
Maka jumlah perpindahan yang terjadi adalah:
                        Hn = 2Hn-1  + 1
dengan kondisi awal H1 = 1
Penyelesaian relasi rekurens:
                         Hn  = 2Hn-1 + 1
                               = 2(2Hn-2 + 1) + 1 = 22 Hn-2  + 2 + 1
                               = 22 (2Hn-3 + 1) + 2 + 1  = 23 Hn-3  + 22 + 2 + 1
                                    ¼       
                               = 2n-1 H1  + 2n-2 + 2n-3 + … + 2 + 1
                               = 2n-1  + 2n-2 + 2n-3 + … + 2 + 1   à deret geometri
                               = 2n – 1
Untuk n = 64 piringan, jumlah perpindahan piringan yang terjadi adalah
                        H64 = 264 – 1 = 18.446.744.073.709.551.615
Jika satu kali pemindahan piringan membutuhkan waktu 1 detik, maka waktu yang diperlukan adalah       18.446.744.073.709.551.615 detik atau setara dengan 584.942.417.355 tahun atau sekitar 584 milyar tahun!
Karena itu, legenda yang menyatakan bahwa dunia akan kiamat bila orang berhasil memindahkan 64 piringan di menara Hanoi ada juga benarnya, karena 584 milyar tahun tahun adalah waktu yang sangat lama, dunia semakin tua, dan akhirnya hancur. Wallahualam
b.      Penyelesaian Relasi Rekurens
Relasi rekurens dapat diselesaikan secara iteratif atau dengan metode yang sistematis. Secara iteratif misalnya pada contoh bunga majemuk (Contoh 10) dan Menara Hanoi (Contoh 11). Secara sistematis adalah untuk relasi rekurens yang berbentuk homogen lanjar (linear homogeneous).

Relasi rekurens dikatakan homogen lanjar jika berbentuk
                        an = c1an–1  + c2an–2 + … + ckank
yang dalam hal ini c1, c2, …, ck adalah bilangan riil dan ck ¹ 0.[8]
Contoh 12:
Pn = (1,11) Pn–1  à homogen lanjar
                                    fn = fn–1  +  fn–2  à homogen lanjar
                                     an = 2an–1  – a2n–2 à tidak homogen lanjar
                                     Hn = 2Hn–1  – 1  à tidak homogen lanjar
                                     an = nan–1   à tidak homogen lanjar
Penjelasan:
            Hn = 2Hn–1  – 1  tidak homogen lanjar karena term -1 tidak dikali dengan nilai Hj  untuk sembarang j
             an = nan–1   tidak homogen lanjar karena koefisiennya bukan konstanta.
Solusi relasi rekurens yang berbentuk homogen lanjar adalah mencari bentuk
                                    an = rn
yang dalam hal ini r adalah konstanta.
Sulihkan an = rn ke dalam relasi rekuren homugen lanjar:
                        an = c1an–1  + c2an–2 + … + ckank
menjadi
                         rn = c1rn–1  + c2rn–2 + … + ckrnk
Bagi kedua ruas dengan rn–k  , menghasilkan
                        rk – c1rk–1 – c2rk–2 – … – ck – 1 – ck = 0
Persamaan di atas dinamakan persamaan karakteristik dari relasi rekurens.  Solusi persamaan karakteristik disebut akar-akar karakteristik, dan merupakan komponen solusi relasi rekurens yang kita cari (an = rn).
Untuk relasi rekurens homogen lanjar derajat k = 2,
                        an = c1an–1  + c2an–2
persamaan karakteristiknya berbentuk:
                        r2 c1r – c2 = 0
Akar persamaan karakteristik adalah r1 dan r2.
Teorema 1:
Barisan {an} adalah solusi relasi rekurens an = c1an–1  + c2an–2 jika dan hanya jika an = a1rn1  + a2rnuntuk n = 0, 1, 2, … dengan a1 dan a2 adalah konstan.
Contoh 13:  
Tentukan solusi relasi rekurens berikut:
             an = an–1  +  2an–2  ;  a0 = 2 dan a1 = 7?
Penyelesaian
Persamaan karakteristik: r2 r – 2 = 0.  
Akar-akarnya:  (r – 2) (r + 1) = 0  à r1 = 2 dan r2 = -1
                        an = a1rn1  + a2rn2 à an = a12n  + a2(-1)n
                         a0 = 2 à a0 = 2 = a120  + a2(-1)0   = a1  + a2
                        a1 = 7 à a1 = 7 = a121  + a2(-1)1   = a1  – a2
Diperoleh dua persamaan: a1  + a2 = 2 dan a1  – a2 = 7,
solusinya adalah a1  = 3 dan a2 = –1
Jadi, solusi relasi rekurens adalah:  an = 3×2n   – (-1)n
Jika persamaan karakteristik memiliki dua akar yang sama (akar kembar, r1 = r2),  maka Teorema 1 tidak dapat dipakai.  Terapkan Teorema 2 berikut ini.
Teorema 2:
Misalkan r2 c1r – c2 = 0  mempunyai akar kembar r0. Barisan {an} adalah solusi relasi rekurens an = c1an–1  + c2an–2 jika dan hanya jika an = a1rn0  + a2nrn0 untuk n = 0, 1, 2, … dengan a1 dan a2 adalah konstan.
Contoh 14: 
Tentukan solusi relasi rekurens berikut:
             an = 6an–1  – 9an–2  ;  a0 = 1 dan a1 = 6?
Penyelesaian
Persamaan karakteristik: r2 – 6r + 9 = 0.  
Akar-akarnya:  (r – 3)(r – 3 ) = 0  à r1 = r2 = 3 à r0
                        an = a1rn0  + a2nrn0 à an = a13n  + a2n3n
                        a0 = 1 à a0 = 1 = a130  + a2× 0×30   = a1   
                        a1 = 6 à a1 = 6 = a131  + a2×1×31   = 3a1  + 3a2
Diperoleh dua persamaan: a1 = 1 dan 3a1  + 3a2 = 6,
solusinya adalah a1  = 1 dan a2 = 1
Jadi, solusi relasi rekurens adalah:
                          an = 3n   + n3n

c.       Penyelesaian Relasi Rekurensi dengan Iterasi
Prinsipnya: dihitung suku-suku barisan secara berurutan terus menerus sehingga diperoleh suatu pola tertentu.
Contoh 15:
Misalkan Kn adalah graf dengan n buah titik dan setiap pasang titik dihubungkan dengan sebuah garis (Graf Lengkap).
Jika Sn menyatakan jumlah garis dalam Kn, maka:
a. Buktikan bahwa Sn memenuhi relasi rekurensi Sn = Sn-1 + (n-1) 
    dan kondisi awal S1 = 0
b. Selesaikan relasi rekurensi Sn tersebut.
Penyelesaian:
a.      

Kn untuk n = 1, 2, 3, 4, dan 5
Banyaknya garis dalam K4 adalah banyaknya garis K3 ditambah dengan banyaknya garis baru yang harus dibuat akibat penambahan satu buah titik.
Banyaknya garis baru yang ditambahkan pada K4 sama dengan banyaknya titik pada K3. Jadi S4 = S3 + 3.
Secara umum: Sn = Sn-1 + (n-1)
Kondisi awal S1 = 0 jelas benar karena tidak mungkin membuat garis dari satu buah titik.
b.      Sn         = Sn-1 + (n-1)
            = (Sn-2 + (n-2)) + (n-1) = Sn-2 + (n-2) + (n-1)
            = (Sn-3 + (n-3)) + (n-2) + (n-1) = Sn-3 + (n-3) + (n-2) + (n-1)
            = …
            = Sn-(n-1) + (n-(n-1)) + …+ (n-3) + (n-2) + (n-1)
            = S1 + 1 + 2 + … + (n-2) + (n-1)
Karena S1 = 0 maka
Sn = 1 + 2 + … + (n-2) + (n-1) = ½ n (n-1)
E.     Relasi Rekursif Linear dengan Koefisien Konstanta
Sebuah relasi rekurensi linier berkoefisien konstan dari sebuah fungsi numerik  a, secara umum ditulis sebagai berikut
C0 an + C1 an-1 + C2 an-2 + … + Ck an-k = f(n)
dimana  Ci , untuk i = 0,1,2,…,k  adalah konstan  dan f(n) adalah sebuah fungsi numerik dengan variabel  n.
            Relasi rekurensi tersebut dikatakan relasi rekurensi linier berderajat  k , jika C0  dan Ck  keduanya tidak bernilai 0 (nol).[9]
Contoh 16:
2 an + 2 an-1 = 3n          adalah sebuah relasi rekurensi linier berderajat  1
tn = 7 tn-1                     adalah sebuah relasi rekurensi linier berderajat  1
an – an-1 – an-2 = 0        adalah sebuah relasi rekurensi linier berderajat  2
bn-3 – 3bn = n+3           adalah sebuah relasi rekurensi linier berderajat  3                        ð
            Untuk sebuah relasi rekurensi dengan koefisien konstan derajat  k, jika diberikan  k  buah harga  aj   yang berurutan   am-k , am-k+1 , … , am-1   untuk suatu nilai   m  tertentu, maka setiap nilai  am  yang lain dapat dicari dengan rumus
am ( C1 am-1 + C2 am-2 + … + Ck am-k -  f(m) )
dan selanjutnya, harga  am+1  juga dapat dicari dengan cara
am+1 ( C1 am + C2 am-1 + … + Ck am-k+1 -  f(m+1) )
demikian pula untuk nilai  am+2 , am+3  dan seterusnya. Di lain pihak, harga  am-k-1  dapat pula dihitung dengan
am-k-1 ( C1 am-1 + C2 am-2 + … + Ck-1 am-k -  f(m-1) )
dan  am-k-2   dapat dicari dengan
am-k-2 ( C1 am-2 + C2 am-3 + … + Ck-1 am-k-1 -  f(m-2) ).
Harga am-k-3 dan seterusnya dapat dicari dengan cara yang sama. Jadi, untuk sebuah relasi rekurensi linier berkoefisien konstan derajat  k  , bila harga k  buah  aj yang berurutan diketahui, maka harga  aj yang lainnya dapat ditentukan secara unik. Dengan kata lain, k  buah  harga aj yang diberikan merupakan himpunan syarat batas (kondisi batas) yang harus dipenuhi oleh relasi rekurensi tersebut untuk dapat memperoleh harga yang unik.

1)      Solusi dari relasi rekurensi

            Seperti telah disebutkan pada bagian sebelumnya, sebuah relasi rekurensi linier berkoefisien konstan dapat dinyatakan dalam bentuk  C0 an + C1 an-1 + … + Ck an-k = f(n). Bila nilai  f(n) = 0, maka diperoleh relasi rekurensi yang memenuhi
C0 an + C1 an-1 + C2 an-2 + … + Ck an-k = 0.
Relasi rekurensi demikian disebut dengan relasi rekurensi homogen dan solusi dari relasi rekurensi homogen ini dinamakan solusi homogen atau jawab homogen.
            Dalam usaha mencari solusi dari sebuah relasi rekurensi perlu dicari dua macam solusi, yaitu :[10]
1.      Solusi homogen (jawab homogen) yang diperoleh dari relasi rekurensi linier dengan mengambil harga f(n) = 0.
2.      Solusi khusus/partikuler (jawab khusus) yang memenuhi relasi rekurensi sebenarnya.
Solusi total atau jawab keseluruhan dari sebuah relasi rekurensi adalah jumlah dari solusi homogen dan solusi partikuler.  Misalkan  an(h) = (a0(h), a1(h), … )  adalah solusi homogen yang diperoleh dan   misalkan  an(p) = (a0(p), a1(p), … ) adalah solusi partikuler yang diperoleh, maka solusi total dari relasi rekurensi yang dimaksud adalah   
an = a(h) + a(p)

2)      Solusi homogen dari relasi rekurensi

            Solusi homogen dari sebuah relasi rekurensi linier dapat dicari dengan mengambil harga  f(n)=0. Solusi homogen dari sebuah persamaan diferensial linier dengan koefisien konstan dinyatakan dalam bentuk  Aan , dimana  a  adalah akar karakteristik  dan  A  adalah konstanta yang harganya akan ditentukan kemudian untuk memenuhi syarat batas yang diberikan. Dengan substitusi bentuk Aan  kepada  an   pada persamaan homogen    C0 an + C1 an-1 + C2 an-2 + … + Ck an-k = 0 , maka diperoleh
C0 Aan   + C1 Aan-1 + C2 Aan-2 + … + Ck Aan-k = 0.
Dengan penyederhanaan pada persamaan tersebut, maka diperoleh
C0 an   + C1 an-1 + C2 an-2 + … + Ck an-k = 0
Persamaan ini merupakan persamaan karakteristik dari persamaan diferensial yang diberikan.  Jika,  bila   adalah akar karakteristik dari persamaan karakteristik ini, maka Aan akan memenuhi persamaan homogen. Jadi, solusi homogen yang dicari akan berbentuk Aan.
            Bila persamaan karakteristik memiliki sebanyak  k   akar karakteristik berbeda   (a1 ¹ a2 ¹¹ ak) , maka solusi homogen dari relasi rekurensi yang dimaksud dinyatakan dalam bentuk
an(h) = A1 a1n + A2 a2n + … + Ak akn
dimana  ai  adalah akar karakteristik dari persamaan karakeristik yang diperoleh, sedangkan  Ai  adalah konstanta yang akan dicari untuk memenuhi kondisi batas yang ditentukan.[11]
Tentukan solusi homogen dari relasi rekurensi     bn + bn-1 – 6 bn-2 = 0  dengan kondisi batas b0 = 0 , b1 = 1 .
Penyelesaian :
Relasi rekurensi tersebut adalah relasi rekurensi homogen, karena f(n)=0.
Persamaan karakteristik dari relasi rekurensi bn + bn-1 – 6 bn-2 = 0 adalah         aa  - 6 = 0  atau   (a + 3) ( a - 2) = 0 hingga diperoleh akar-akar karakteristik   a1 = -3   dan   a2 = 2.
Oleh karena akar-akar karakteristiknya berbeda, maka solusi homogennya berbentuk                                    bn(h)  = A1 a1n  +  A2 a2n      Þ        bn(h)  = A1 (-3)n  +  A2 . 2n.
Dengan kondisi batas   b0 = 0   dan    b1 = 1 ,    maka
                        b0(h)  = A1 (-3)0  +  A2 . 20         Þ        0  = A1 +  A2 .
                        b1(h)  = A1 (-3)1  +  A2 . 21         Þ        1  =  -3 A1 +  2 A2 .
bila diselesaikan maka akan diperoleh harga  A1 = (-1/5)  dan  A2 = 1/5 , sehingga jawab homogen dari relasi rekurensi    bn + bn-1 – 6 bn-2 = 0  adalah
                                        bn(h)  = (-3)n  +   .  2n                                                       ð
Jika akar karakteristik  a1  dari persamaan karakteristik merupakan akar ganda yang berulang sebanyak  m  kali, maka bentuk solusi homogen yang sesuai untuk akar ganda tersebut adalah
(A1 . nm-1 + A2 . nm-2 + … + Am-2 n2 + Am-1 . m + Am ) a1n
dimana   Ai  adalah konstanta yang nantinya akan ditentukan untuk memenuhi kondisi batas yang ditentukan.
Tentukan solusi dari relasi rekurensi     an + 4 an-1 + 4 an-2 = 2n .
Penyelesaian :
Relasi rekurensi homogen :                 an + 4 an-1 + 4 an-2 =0.
Persamaan karakteristiknya adalah     a+  4 a  + 4 = 0
                                                                                    (a + 2) ( a + 2) = 0
hingga diperoleh akar-akar karakteristik   a1 =  a2 = -2 ,  m = 2,
Oleh karena akar-akar karakteristiknya ganda,  maka solusi homogennya berbentuk                                                            an(h)  = (A1 nm-1 + A2 nm-2) a1n  ,
                                                  an(h)  = (A1 n + A2 ) (-2)n                                                  ð

Contoh 19:
Tentukan solusi homogen dari relasi rekurensi
4 an - 20 an-1 + 17 an-2 – 4 an-3 = 0.
Penyelesaian :
Persamaan karakteristiknya :   4 a- 20 a2 + 17 a  - 4 = 0
akar-akar karakteristiknya                   ½ , ½  dan   4
solusi homogennya berbentuk             an(h)  = (A1 n + A2 ) (½)n + A3 . 4n

3)      Solusi khusus dari relasi rekurensi

                        Pada dasarnya tidak ada satu metode yang dapat menentukan solusi khusus dari sebuah relasi rekurensi linier yang tidak homogen. Untuk menentukan solusi khusus dari sebuah relasi rekurensi linier dengan  f(n) ¹ 0, akan diberikan beberapa model solusi yang disesuaikan dengan bentuk  f(n). Model yang sering digunakan adalah model polinomial atau model eksponensial.[12]
1.      Secara umum, jika  f(n)  berbentuk polinomial derajat  t  dalam  n  :
F1 nt + F2 nt-1  + … +  Ft n  + Ft+1   ,
maka bentuk dari solusi khusus yang sesuai adalah :
 P1 nt + P2 nt-1  + … +  Pt n  + Pt+1   
2.      Jika  f(n)  berbentuk  bn  dan  b  bukan akar karakteristik dari persamaan homogen, maka jawab khusus berbentuk
P bn
3. Jika  f(n) berbentuk  (F1.nt + F2.nt-1 +…+ Ft.n + Ft+1 ).bn  dan b bukan akar karakteristik dari persamaan homogen, maka bentuk dari solusi khusus yang sesuai adalah :
 (P1 nt + P2 nt-1  + … +  Pt n  + Pt+1  ) bn
4. Jika  f(n)  berbentuk  (F1.nt + F2.nt-1 +…+ Ft.n + Ft+1 ).bn  dan b  akar karakteristik yang berulang sebanyak  (m-1)  kali, maka bentuk dari solusi khusus yang sesuai adalah :
nm-1. (P1 nt + P2 nt-1  + … +  Pt n  + Pt+1  ) bn
Contoh 20:
            Diketahui  ar – 7 ar-1 + 10 ar-2 = 3r . Tentukan solusi khusus dari ar.
Penyelesaian :
Diketahui  f(r) = 3r .
Oleh karena bentuk dari f(r) tersebut adalah br dan b = 3 bukan akar karakteristik, maka solusi khusus dari relasi rekurensi tersebut berbentuk  P3r.
ar = P 3r.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Rekursif adalah suatu proses dari fungsi yang memanggil dirinya sendiri. Fungsi yang seperti ini disebut fungsi rekursif (recursive function) . dalam sebuah fungsi rekursif pemanggilan dapat terjadi berulang kali. Karena ada proses yang berulang-ulang maka harus ada suatu kondisi yang mengakhiri.
Pemecahan masalah dengan pendekatan rekursif dapat dilakukan jika masalah tersebut dapat didefinisikan secara rekursif, yaitu masalah dapat diuraikan menjadi masalah sejenis yang lebih sederhana.
      Sebuah objek dikatakan rekursif  (recursive) jika ia didefinisikan dalam terminologi dirinya sendiri.
      Proses mendefinisikan objek dalam terminologi dirinya sendiri disebut rekursi (recursion)
Penyusunan fungsi rekursif memperhatikan aturan :
a). Basis: bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu pada di sendiri. Bagian ini juga sekaligus menghentikan defenisi rekursif ( dan memberikan sebuah nilai yang terdefenisi pada fungsi rekursif).
b). Rekurens: bagian ini mendefinisikan argumen fungsi dalam terminologi dirinya sendiri. Setiap kali fungsi mengacu pada dirinya sendiri, argumen dari fungsi harus lebih dekat ke nilai awal (basis).
.












DAFTAR PUSTAKA

Munir, Rinaldi. 2012. Matematika Diskrit Revisi Lima. Bandung: Informatika.
Reky, Umar. 2007. Diktat Kuliah Metode Diskrit. Kendari: Universitas Haluoleo.
Sutarno, Heri, dkk. 2003.  Common Textbook Matematika Diskrit. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
http://abrari.files.wordpress.com/2009/12/matdis-updated.pdf
http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2013-2014/Rekursi%20dan%20Relasi %20Rekurens.pptx
http://lecturer.d3ti.mipa.uns.ac.id/hartatik/files/2013/10/bab-3-relasidan-fungsi.pdf
http://www.math.itb.ac.id/~diskrit/Kuliah5baru.ppt




[1] http://abrari.files.wordpress.com/2009/12/matdis-updated.pdf
[2] http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2013-2014/Rekursi%20dan%20Relasi%20 Rekurens.pptx
[3] Rinaldi Munir, Matematika Diskrit Revisi Lima, (Bandung: Informatika, 2012), hlm: 139
[4] http://lecturer.d3ti.mipa.uns.ac.id/hartatik/files/2013/10/bab-3-relasidan-fungsi.pdf
[5]http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2013-2014/Rekursi%20dan%20Relasi%20 Rekurens.pptx
[6] http://www.math.itb.ac.id/~diskrit/Kuliah5baru.ppt
[7]http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2013-2014/Rekursi%20dan%20Relasi%20 Rekurens.pptx
[8]http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2013-2014/Rekursi%20dan%20Relasi%20 Rekurens.pptx
[9] Umar Reky, Diktat Kuliah Metode Diskrit, (Kendari: Universitas Haluoleo, 2006), hlm: 28
[10] Umar Reky, Diktat Kuliah Metode Diskrit, (Kendari: Universitas Haluoleo, 2006), hlm: 29
[11] Umar Reky, Diktat Kuliah Metode Diskrit, (Kendari: Universitas Haluoleo, 2006), hlm: 31
[12] Umar Reky, Diktat Kuliah Metode Diskrit, (Kendari: Universitas Haluoleo, 2006), hlm: 34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar