BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Suatu
barisan dapat kita nyatakan dengan beberapa cara. Cara pertama dengan
menuliskan beberapa suku-sukunya. Misalnya barisan bilangan ganjil yang lebih
besar dari 2 dapat dinyatakan, yaitu 3, 5, 7, 9, 11, . . . . . Cara kedua
nyatakan barisan itu dalam rumus, misalnya barisan bilangan ganjil yang besar
dari 2 dengan rumus dinyatakan :
. cara ketiga dengan, rekursif. Suatu
barisan didefinisikan secara rekursif maka kondisi awal barisan diketahui, dan
suku-suku barisan selanjutnya dinyatakan dalam hubungannya dengan jumlah
suku-suku yang sudah dinyatakan sebelumnya. Persamaan yang menyatakan hubungan
antara beberapa suku tersebut dinamakan Relasi
Rekursi.

Misalnya
barisan pangkat dari 2, yaitu 2, 4, 8, 16, . . . dapat dinyatakan sebagai
berikut.



Definisi
rekursif merupakan suatu jawaban ketika untuk menentukan ru mus eksplisit suatu
barisan sangat rumit atau bahkan mustahil. Hal ini terjadi tidak hanya pada
barisan bilangan, tetapi juga paling sering terjadi pada beberapa konsep
matematika yang lain, seperti: operasi himpunan, proposisi dalam logika,
relasi, fungsi, bahasa mesin, dll.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas maka dapat di buat rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa definisi dari rekursif?
2.
Bagaimana fungsi, barisan, dan himpunan yang
didefinisikan secara rekursif?
3.
Apakah relasi rekursif ?
4.
Bagaimana penyelesaian relasi rekursif?
C.
Tujuan
1.
Dapat mendefinisikan rekursif.
2.
Dapat membuktikan fungsi, barisan, dan himpunan
yang didefinisikan secara rekursif.
3.
Dapat mengetahui relasi rekursif
4.
Dapat menentukan penyelesaian relasi rekursif.
BAB II PEMBAHASAN
RELASI REKURSIF
Untuk memahami definisi rekursif, terlebih dahulu
perhatikan barisan intejer genap tak-negatif:
Barisan itu bisa kita tuliskan dengan:
Suku ke berapapun dari barisan itu bisa kita
peroleh secara langsung, misalnya: suku ke-125 adalah
: Barisan yang demikian
kita sebut dengan barisan dengan rumus eksplisit.



Definisi rekursif merupakan suatu jawaban ketika
untuk menentukan ru mus eksplisit suatu barisan sangat rumit atau bahkan
mustahil. Hal ini terjadi tidak hanya pada barisan bilangan, tetapi juga paling
sering terjadi pada beberapa konsep matematika yang lain, seperti: operasi
himpunan, proposisi dalam logika, relasi, fungsi, bahasa mesin, dll.[1]
Rekursif adalah
suatu proses dari fungsi yang memanggil dirinya sendiri.
Fungsi yang seperti ini disebut fungsi rekursif (recursive function) . dalam sebuah fungsi rekursif pemanggilan
dapat terjadi berulang kali. Karena ada proses yang berulang-ulang maka harus
ada suatu kondisi yang mengakhiri.
Pemecahan
masalah dengan pendekatan rekursif dapat dilakukan jika masalah tersebut dapat
didefinisikan secara rekursif, yaitu masalah dapat diuraikan menjadi masalah
sejenis yang lebih sederhana.
•
Sebuah objek dikatakan rekursif (recursive) jika ia didefinisikan
dalam terminologi dirinya sendiri.
A.
Fungsi
yang Didefinisikan secara Rekursif
Tinjau kembali fungsi
untuk menghitung faktorial dari bilangan bulat tak-negatif n yang
didefenisikan sebagai berikut :

bentuk faktorial tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut


secara
rekursif bentuk faktorial dapat dinyatakan

Jika
f(n) = n! maka bentuk di atas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Kita
dapat melihat bahwa dalam proses perhitungan faktorial bilangan tak-negatif n
terdapat definisi faktorial itu sendiri. Cara pendefenisian seperti itu, yang
mendefenisikan sebuah objek dalam terminologi dirinya sendiri dinamakan
definisi rekursif.
Definisi
1:
Fungsi
f dikatakan fungsi rekursif apabila definisi fungsinya mengacu pada
dirinya sendiri[3]
Nama lain dari fungsi rekursif adalah relasi
rekursif (recurrence relation). Ingatlah bahwa fungsi adalah bentuk
khusus dari relasi.
Definisi 2 :
Fungsi f dikatakan fungsi rekursif (recurrence
relation)
Penyusunan fungsi
rekursif memperhatikan aturan :
a). Basis: bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu
pada di sendiri. Bagian ini juga sekaligus menghentikan defenisi rekursif ( dan
memberikan sebuah nilai yang terdefenisi pada fungsi rekursif).
b).
Rekurens: bagian ini mendefinisikan argumen fungsi dalam terminologi dirinya
sendiri. Setiap kali fungsi mengacu pada dirinya sendiri, argumen dari fungsi
harus lebih dekat ke nilai awal (basis).[4]
Contoh 1:
Akan
ditentukan nilai 4 ! secara rekursif.
Jawab :
(a).
basis ,
untuk 


(b).
rekurens:
Untuk


maka
untuk menentukan nilai 4 ! digunakan langkah berikut :
(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Pada baris (5) kita memperoleh nilai
yang terdefenisi secara langsung dan bukan faktorial dari bilangan lainnya.
Dengan melakukan runut-balik (backtrack) dari baris (5) ke baris (1), kita
mendapatkan nilai pada setiap baris untuk menghitung hasil pada baris
sebelumnya :
(5)

(4)

(3)

(2)

(1)

maka
nilai
adalah
.


Contoh
2.
Diberikan
fungsi rekursif f , yang didefinisikan sebagai berikut:



Jawab :







Contoh lain dari fungsi rekursif yaitu:

Fungsi Chebysev :

Fungsi fibonacci
:

Contoh 3:




sehingga:

Latihan :
1. Definisikan an
secara rekursif , yang dalam hal ini a adalah bilangan riil tidak-nol dan n
adalah bilangan bulat tidak-negatif.
2. Nyatakan a ´ b secara rekursif, yang dalam hal ini a
dan b adalah bilangan bulat positif.
B.
Barisan
Yang Didefinisikan Secara Rekursif
Perhatikan
barisan bilangan berikut ini: 1, 2, 4, 8, 16, 64, …
Setiap
elemen ke-n untuk n = 0, 1, 2, … merupakan hasil
perpangkatan 2 dengan n, atau an
= 2n. Secara rekursif, setiap elemen ke-n merupakan
hasil kali elemen sebelumnya dengan 2, atau an = 2an –
1.
Basis: a0 = 1
Rekurens:
an = 2an – 1.[5]
Contoh 4:
Koloni
bakteri dimulai dari lima buah bakteri.
Setiap bakteri membelah diri menjadi dua bakteri baru setiap satu jam.
Berapa jumlah bakteri baru sesudah 4 jam?
Jawab:
Misalkan an
= jumlah bakteri setelah n jam, yang dapat dinyatakan dalam
relasi rekursif sebagai berikut:

n = 1
à jumlah bakteri = a1 = 2a0
= 2 × 5 = 10
n = 2
à jumlah bakteri = a2 = 2a1
= 2 × 10 = 20
n = 3
à jumlah bakteri = a3 = 2a2
= 2 × 20 = 40
n = 4
à jumlah bakteri = a4 = 2a3
= 2 × 40 = 80
Jadi, setelah 4 jam terdapat 80 buah bakteri
C. Himpunan Yang Didefinisikan Secara Rekursif
Langkah-langkah
dalam mendefinisikan suatu himpunan secara rekursif:
1.
Langkah basis: Spesifikasi koleksi awal dari anggota
2.
Langkah rekursif: Mendefinisikan aturan konstruksi
anggota baru dari anggota yang telah diketahui [6]
Contoh 5:
Misalkan S didefinisikan
secara rekursif oleh: 3 Î S, (x+y) Î S jika x Î S dan y Î S
Maka S adalah himpunan bilangan bulat positif yang habis dibagi 3.
Bukti:
Misalkan A himpunan yang beranggotakan semua bilangan bulat positif yang
habis dibagi 3.
Untuk
membuktikan bahwa A = S, harus ditunjukkan
A Í S dan S Í A.
Bagian I:
Akan dibuktikan A Í S, yaitu menunjukkan bahwa setiap bilangan bulat positif yang habis dibagi
3 ada di S (dengan menggunakan induksi matematika).
Misalkan
P(n): proposisi “3n anggota S”.
1. Langkah basis: P(1) benar,
karena 3 Î S.
2. Langkah induktif:
Asumsikan P(k) benar, yaitu 3k Î S.
Akan ditunjukkan P(k+1) juga
benar, yaitu 3(k+1) Î S
Karena 3k Î S dan 3 Î S, berdasarkan definisi
rekursif dari S, 3k+3 = 3(k+1) juga ada di S.
3. Konklusi:
Jadi, setiap bilangan bulat positif yang habis dibagi 3 ada di S.
Kesimpulan dari bagian I
adalah A Í S.
Bagian II:
Akan
ditunjukkan S Í A dengan menggunakan definisi
rekursif dari S.
Langkah
basis:
Akan ditunjukkan setiap
anggota awal S ada di A.
Karena 3 habis dibagi 3 maka 3
Î A.
Langkah
rekursif:
Akan ditunjukkan bahwa setiap
bilangan bulat yang dibangun dengan mengunakan langkah rekursif juga merupakan
anggota A, yaitu
(x+y) Î A jika x,y Î S (yang diasumsikan Î A).
Jika x dan y keduanya di A,
maka 3 | x dan 3 | y. Akibatnya, 3 | (x + y).
Kesimpulan
dari bagian II adalah S Í A.
Jadi, secara keseluruhan,
berlaku A = S.
D. Relasi Rekurens
Relasi rekursif adalah suatu topik
penting dan menarik dalam kombinatorik.
Banyak permasalahan dalam matematika, khususnya kombinatorik dapat dimodelkan
ke dalam bentuk relasi rekursif. Suatu barisan didefinisikan secara rekursif
jika kondisi awal barisan ditentukan, dan suku-suku barisan selanjutnya
dinyatakan dalam hubungannya dengan sejumlah suku-suku yang sudah dinyatakan
sebelumnya.
Barisan
(sequence) a0, a1, a2,
…, an dilambangkan dengan {an}
Elemen barisan ke-n, yaitu an, dapat ditentukan dari suatu persamaan.
Bila
persamaan yang mengekspresikan an dinyatakan secara
rekursif dalam satu atau lebih term elemen sebelumnya, yaitu a0,
a1, a2, …, an–1,
maka persamaan tersebut dinamakan relasi rekurens.[7]
Contoh 6:
an = 2an–1 + 1
an = an–1 + 2an–2
an = 2an–1 – an–2
Kondisi awal (initial conditions) suatu barisan adalah
satu atau lebih nilai yang diperlukan
untuk memulai menghitung elemen-elemen selanjutnya.
Contoh 7:
an = 2an–1 + 1; a0 = 1
an = an–1 + 2an–2
; a0 = 1 dan a1 = 2
Karena
relasi rekurens menyatakan definisi
barisan secara rekursif, maka kondisi awal merupakan langkah basis pada
definisi rekursif tersebut.
Contoh 8:
Barisan Fibonacci 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, …
dapat dinyatakan dengan relasi rekurens
fn
= fn–1 + fn–2 ; f0
= 0 dan f1 = 1
Kondisi
awal secara unik menentukan elemen-elemen barisan. Kondisi awal yang berbeda
akan menghasilkan elemen-elemen barisan
yang berbeda pula.
Solusi
dari sebuah relasi rekurens adalah sebuah formula yang tidak melibatkan lagi term rekursif.
Formula tersebut memenuhi relasi rekurens yang dimaksud.
Contoh 9:
Misalkan {an} adalah
barisan yang memenuhi relasi rekurens berikut:
an = 2an–1 – an–2 ; a0
= 1 dan a1 = 2
Periksa apakah an = 3n
merupakan solusi relasi rekurens tersebut.
Penyelesaian:
2an–1 – an–2 = 2[3(n
– 1)] – 3(n – 2)
= 6n – 6 – 3n +
6
= 3n = an
Jadi, an = 3n merupakan
solusi dari relasi rekurens tersebut.
Apakah an = 2n
merupakan solusi relasi rekurens an = 2an–1 – an–2 ; a0
= 1 dan a1 = 2?
Penyelesaian:
2an–1
– an–2
= 2×2n–1 – 2n–2
= 2n–1
+ 1 – 2n–2
= 2n – 2n–2
¹ 2n
Jadi, an = 2n bukan merupakan solusi relasi rekurens
tsb.
Cara lain: Karena a0 =
1 dan a1 = 2, maka dapat dihitung
a2 = 2a1
– a0 = 2×2 – 1 = 3
Dari rumus an
= 2n dapat dihitung a0 = 20 = 1,
a1 = 21
= 2, dan a2 = 22
= 4
Karena 3 ¹ 4, maka an = 2n bukan merupakan solusi dari relasi
rekurens tsb.
a. Pemodelan
Dengan Relasi Rekurens
1.
Bunga
majemuk.
Contoh 10.
Misalkan uang
sebanyak Rp10.000 disimpan di bank dengan sistem bunga berbunga dengan besar
bunga 11% per tahun. Berapa banyak uang
setelah 30 tahun?
Jawan:
Misalkan Pn
menyatakan nilai uang setalah n tahun. Nilai uang setelah n tahun sama dengan
nilai uang tahun sebelumnya ditambah dengan bunga uang:
Pn = Pn–1
+ 0,11 Pn–1
; P0 = 10.000
Solusi relasi rekurens Pn
= Pn–1 +
0,11 Pn–1 ; P0 = 10.000 dapat
dipecahkan sebagai berikut:
Pn = Pn–1
+ 0,11 Pn–1
= (1,11) Pn–1
=
(1,11) [(1,11)Pn–2] = (1,11)2Pn–2
=
(1,11)2 [(1,11) Pn–3] = (1,11)3Pn–3
=
…
=
(1,11)nP0
Jadi, Pn = (1,11)n
P0 = 10.000 (1,11)n
Setelah 30 tahun, banyaknya uang adalah
P30
= 10.000
(1,11)30 = Rp228.922,97
2.
Menara Hanoi (The Tower of Hanoi)
Contoh 11:
Menara
Hanoi adalah sebuah puzzle yang terkenal pada akhir abad 19. Puzzle ini
ditemukan oleh matematikawan Perancis, Edouard Lucas.
Dikisahkan
bahwa di kota Hanoi, Vietnam, terdapat tiga buah tiang tegak setinggi 5 meter
dan 64 buah piringan (disk) dari
berbagai ukuran. Tiap piringan mempunyai lubang di tengahnya yang
memungkinkannya untuk dimasukkan ke dalam tiang. Pada mulanya piringan tersebut
tersusun pada sebuah tiang sedemikian rupa sehingga piringan yang di bawah
mempunyai ukuran lebih besar daripada ukuran piringan di atasnya. Pendeta Budha
memberi pertanyaan kepada murid-muridnyanya: bagaimana memindahkan seluruh
piringan tersebut ke sebuah tiang yang lain; setiap kali hanya satu piringan
yang boleh dipindahkan, tetapi tidak boleh ada piringan besar di atas piringan
kecil. Tiang yang satu lagi dapat dipakai sebagai tempat peralihan dengan tetap
memegang aturan yang telah disebutkan. Menurut legenda pendeta Budha, bila
pemindahan seluruh piringan itu berhasil dilakukan, maka dunia akan kiamat!

Secara
umum, untuk n piringan, penyelesaian dengan cara berpikir rekursif
adalah sebagai berikut:
Kita
harus memindahkan piringan paling bawah terlebih dahulu ke tiang B
sebagai alas bagi piringan yang lain. Untuk mencapai maksud demikian,
berpikirlah secara rekursif: pindahkan n – 1 piringan teratas dari A ke
C, lalu pindahkan piringan paling bawah dari A ke B, lalu
pindahkan n – 1 piringan dari C ke B.
pindahkan
n – 1 piringan dari A ke C
pindahkan
1 piringan terbawah dari A ke B
pindahkan
n – 1 piringan
dari C ke B
Selanjutnya
dengan tetap berpikir rekursif-pekerjaan memindahkan n – 1 piringan dari
sebuah tiang ke tiang lain dapat dibayangkan sebagai memindahkan n – 2
piringan antara kedua tiang tersebut, lalu memindahkan piringan terbawah dari
sebuah tiang ke tiang lain, begitu seterusnya.
Misalkan
Hn menyatakan jumlah perpindahan piringan yang dibutuhkan
untuk memecahkan teka-teki Menara Hanoi.
pindahkan
n – 1 piringan dari A ke C à Hn-1 kali
pindahkan
1 piringan terbawah dari A ke B à 1 kali
pindahkan
n – 1 piringan
dari C ke B à Hn-1 kali
Maka jumlah perpindahan yang terjadi
adalah:
Hn
= 2Hn-1 + 1
dengan kondisi awal H1
= 1
Penyelesaian
relasi rekurens:
Hn
= 2Hn-1 + 1
= 2(2Hn-2 +
1) + 1 = 22 Hn-2 + 2 + 1
= 22 (2Hn-3
+ 1) + 2 + 1 = 23 Hn-3 + 22 + 2 + 1
¼
= 2n-1 H1 + 2n-2 + 2n-3
+ … + 2 + 1
= 2n-1 + 2n-2 + 2n-3
+ … + 2 + 1 à deret geometri
= 2n – 1
Untuk n = 64 piringan, jumlah
perpindahan piringan yang terjadi adalah
H64
= 264 – 1 = 18.446.744.073.709.551.615
Jika satu kali pemindahan piringan
membutuhkan waktu 1 detik, maka waktu yang diperlukan adalah 18.446.744.073.709.551.615
detik atau setara dengan 584.942.417.355 tahun atau sekitar 584 milyar tahun!
Karena itu, legenda yang menyatakan
bahwa dunia akan kiamat bila orang berhasil memindahkan 64 piringan di menara
Hanoi ada juga benarnya, karena 584 milyar tahun tahun adalah waktu yang sangat
lama, dunia semakin tua, dan akhirnya hancur. Wallahualam
b. Penyelesaian
Relasi Rekurens
Relasi
rekurens dapat diselesaikan secara iteratif atau dengan metode yang sistematis.
Secara iteratif misalnya pada contoh
bunga majemuk (Contoh 10) dan Menara Hanoi (Contoh 11).
Secara sistematis adalah untuk relasi
rekurens yang berbentuk homogen lanjar (linear homogeneous).
Relasi
rekurens dikatakan homogen lanjar jika berbentuk
an = c1an–1 + c2an–2 +
… + ckan–k
Contoh 12:
Pn = (1,11) Pn–1 à homogen lanjar
fn
= fn–1 + fn–2 à homogen lanjar
an = 2an–1
– a2n–2
à tidak homogen lanjar
Hn = 2Hn–1
– 1 à tidak homogen lanjar
an = nan–1
à tidak homogen lanjar
Penjelasan:
Hn = 2Hn–1
– 1 tidak homogen lanjar karena term -1
tidak dikali dengan nilai Hj untuk sembarang j
an = nan–1 tidak homogen lanjar karena koefisiennya
bukan konstanta.
Solusi relasi rekurens yang berbentuk
homogen lanjar adalah mencari bentuk
an
= rn
yang dalam hal ini r adalah konstanta.
Sulihkan an = rn
ke dalam relasi rekuren homugen lanjar:
an = c1an–1 + c2an–2 +
… + ckan–k
menjadi
rn = c1rn–1
+ c2rn–2
+ … + ckrn–k
Bagi kedua ruas dengan rn–k , menghasilkan
rk –
c1rk–1 – c2rk–2
– … – ck – 1 r –
ck = 0
Persamaan di atas
dinamakan persamaan karakteristik dari relasi rekurens. Solusi persamaan karakteristik disebut akar-akar
karakteristik, dan merupakan komponen solusi relasi rekurens yang kita cari
(an = rn).
Untuk relasi
rekurens homogen lanjar derajat k = 2,
an = c1an–1 + c2an–2
persamaan karakteristiknya berbentuk:
r2 –
c1r – c2 = 0
Akar persamaan karakteristik adalah r1
dan r2.
Teorema 1:
Barisan {an} adalah
solusi relasi rekurens an = c1an–1
+ c2an–2
jika dan hanya jika an = a1rn1 + a2rn2 untuk n = 0, 1, 2, … dengan a1 dan
a2
adalah konstan.
Contoh 13:
Tentukan solusi relasi rekurens berikut:
an = an–1
+
2an–2
; a0 = 2 dan a1
= 7?
Penyelesaian:
Persamaan karakteristik: r2
– r – 2 = 0.
Akar-akarnya: (r – 2) (r + 1) = 0 à r1 = 2 dan r2 =
-1
an = a1rn1 + a2rn2 à an = a12n
+ a2(-1)n
a0 = 2 à a0 = 2 = a120
+ a2(-1)0 = a1 + a2
a1
= 7 à a1 = 7 = a121
+ a2(-1)1 = a1 – a2
Diperoleh dua persamaan: a1 + a2
= 2 dan a1 – a2
= 7,
solusinya adalah a1 = 3 dan a2
= –1
Jadi, solusi relasi rekurens adalah: an = 3×2n – (-1)n
Jika persamaan
karakteristik memiliki dua akar yang sama (akar kembar, r1 = r2), maka Teorema 1 tidak dapat dipakai. Terapkan Teorema 2 berikut ini.
Teorema 2:
Misalkan r2 –
c1r – c2 = 0 mempunyai akar kembar r0.
Barisan {an} adalah solusi relasi rekurens an
= c1an–1 + c2an–2
jika dan hanya jika an = a1rn0 + a2nrn0 untuk
n = 0, 1, 2, … dengan a1 dan
a2
adalah konstan.
Contoh 14:
Tentukan solusi relasi rekurens berikut:
an = 6an–1
– 9an–2 ; a0
= 1 dan a1 = 6?
Penyelesaian:
Persamaan karakteristik: r2
– 6r + 9 = 0.
Akar-akarnya: (r – 3)(r – 3 ) = 0 à r1 = r2 = 3 à r0
an = a1rn0 + a2nrn0 à an = a13n
+ a2n3n
a0
= 1 à a0 = 1 = a130
+ a2× 0×30 =
a1
a1
= 6 à a1 = 6 = a131
+ a2×1×31 =
3a1 + 3a2
Diperoleh dua persamaan: a1 =
1 dan 3a1 + 3a2
= 6,
solusinya adalah a1 = 1 dan a2
= 1
Jadi, solusi relasi rekurens adalah:
an = 3n + n3n
c.
Penyelesaian Relasi Rekurensi dengan Iterasi
Prinsipnya: dihitung suku-suku barisan
secara berurutan terus menerus sehingga diperoleh suatu pola tertentu.
Contoh
15:
Misalkan Kn adalah graf
dengan n buah titik dan setiap pasang titik dihubungkan dengan sebuah garis
(Graf Lengkap).
Jika Sn menyatakan jumlah
garis dalam Kn, maka:
a. Buktikan bahwa Sn memenuhi
relasi rekurensi Sn = Sn-1 + (n-1)
dan kondisi awal S1 = 0
b. Selesaikan relasi rekurensi Sn
tersebut.
Penyelesaian:
a.
![]() |
Kn untuk n = 1, 2, 3, 4, dan 5
Banyaknya garis
dalam K4 adalah banyaknya garis K3 ditambah dengan
banyaknya garis baru yang harus dibuat akibat penambahan satu buah titik.
Banyaknya garis
baru yang ditambahkan pada K4 sama dengan banyaknya titik pada K3.
Jadi S4 = S3 + 3.
Secara umum: Sn
= Sn-1 + (n-1)
Kondisi
awal S1 = 0 jelas benar karena tidak mungkin membuat garis dari satu
buah titik.
b. Sn =
Sn-1 + (n-1)
=
(Sn-2 + (n-2)) + (n-1) = Sn-2 + (n-2) + (n-1)
=
(Sn-3 + (n-3)) + (n-2) + (n-1) = Sn-3 + (n-3) + (n-2) +
(n-1)
=
…
=
Sn-(n-1) + (n-(n-1)) + …+ (n-3) + (n-2) + (n-1)
=
S1 + 1 + 2 + … + (n-2) + (n-1)
Karena S1 = 0 maka
Sn = 1 + 2 + … + (n-2) + (n-1) = ½ n (n-1)
E.
Relasi
Rekursif Linear dengan Koefisien Konstanta
Sebuah relasi rekurensi linier
berkoefisien konstan dari sebuah fungsi numerik
a, secara umum ditulis sebagai berikut
C0 an + C1
an-1 + C2 an-2 + … + Ck an-k
= f(n)
dimana
Ci , untuk i = 0,1,2,…,k
adalah konstan dan f(n) adalah
sebuah fungsi numerik dengan variabel n.
Relasi
rekurensi tersebut dikatakan relasi rekurensi linier berderajat k , jika C0 dan Ck keduanya tidak bernilai 0 (nol).[9]
Contoh
16:
2 an + 2 an-1 = 3n adalah
sebuah relasi rekurensi linier berderajat
1
tn = 7 tn-1 adalah sebuah relasi
rekurensi linier berderajat 1
an – an-1 – an-2 =
0 adalah sebuah relasi rekurensi
linier berderajat 2
bn-3
– 3bn = n+3 adalah
sebuah relasi rekurensi linier berderajat
3 ð
Untuk sebuah relasi rekurensi dengan koefisien konstan
derajat k, jika diberikan k buah
harga aj yang berurutan am-k , am-k+1 , … , am-1 untuk suatu nilai m
tertentu, maka setiap nilai am yang lain dapat dicari dengan rumus
am
=
( C1
am-1 + C2 am-2 + … + Ck am-k
- f(m) )

dan selanjutnya,
harga am+1 juga dapat dicari dengan cara
am+1
=
( C1
am + C2 am-1 + … + Ck am-k+1
- f(m+1) )

demikian pula untuk
nilai am+2 , am+3 dan seterusnya. Di lain pihak, harga am-k-1 dapat pula dihitung dengan
am-k-1
=
( C1
am-1 + C2 am-2 + … + Ck-1 am-k
- f(m-1) )

dan am-k-2 dapat dicari dengan
am-k-2
=
( C1
am-2 + C2 am-3 + … + Ck-1 am-k-1
- f(m-2) ).

Harga am-k-3 dan seterusnya
dapat dicari dengan cara yang sama. Jadi, untuk sebuah relasi rekurensi linier
berkoefisien konstan derajat k
, bila harga k buah aj
yang berurutan diketahui, maka harga aj
yang lainnya dapat ditentukan secara unik. Dengan kata lain, k buah
harga aj yang diberikan merupakan himpunan syarat batas
(kondisi batas) yang harus dipenuhi oleh relasi rekurensi tersebut untuk dapat
memperoleh harga yang unik.
1)
Solusi dari relasi
rekurensi
Seperti
telah disebutkan pada bagian sebelumnya, sebuah relasi rekurensi linier
berkoefisien konstan dapat dinyatakan dalam bentuk C0 an + C1 an-1
+ … + Ck an-k = f(n). Bila nilai f(n) = 0, maka diperoleh relasi rekurensi yang
memenuhi
C0 an + C1
an-1 + C2 an-2 + … + Ck an-k
= 0.
Relasi rekurensi demikian disebut dengan
relasi rekurensi homogen dan solusi dari relasi rekurensi homogen ini dinamakan
solusi homogen atau jawab homogen.
Dalam usaha
mencari solusi dari sebuah relasi rekurensi perlu dicari dua macam solusi,
yaitu :[10]
1. Solusi
homogen (jawab homogen) yang diperoleh dari relasi rekurensi linier dengan
mengambil harga f(n) = 0.
2. Solusi
khusus/partikuler (jawab khusus) yang memenuhi relasi rekurensi sebenarnya.
Solusi total atau jawab
keseluruhan dari sebuah relasi rekurensi adalah jumlah dari solusi homogen dan
solusi partikuler. Misalkan an(h) = (a0(h),
a1(h), … ) adalah
solusi homogen yang diperoleh dan
misalkan an(p)
= (a0(p), a1(p), … ) adalah solusi
partikuler yang diperoleh, maka solusi total dari relasi rekurensi yang
dimaksud adalah
an = a(h) + a(p)
2)
Solusi homogen dari
relasi rekurensi
Solusi homogen dari sebuah relasi
rekurensi linier dapat dicari dengan mengambil harga f(n)=0. Solusi homogen dari sebuah persamaan
diferensial linier dengan koefisien konstan dinyatakan dalam bentuk Aan , dimana a adalah akar
karakteristik dan A
adalah konstanta yang harganya akan ditentukan kemudian untuk memenuhi syarat
batas yang diberikan. Dengan substitusi bentuk Aan kepada
an pada persamaan
homogen C0 an +
C1 an-1 + C2 an-2 + … + Ck
an-k = 0 , maka diperoleh
C0 Aan + C1 Aan-1
+ C2 Aan-2 + … + Ck
Aan-k
= 0.
Dengan penyederhanaan pada persamaan
tersebut, maka diperoleh
C0 an + C1 an-1
+ C2 an-2 + … + Ck
an-k
= 0
Persamaan
ini merupakan persamaan karakteristik dari persamaan diferensial yang
diberikan. Jika, bila
adalah akar karakteristik dari persamaan karakteristik ini, maka Aan
akan memenuhi persamaan homogen. Jadi, solusi homogen yang dicari akan
berbentuk Aan.
Bila
persamaan karakteristik memiliki sebanyak
k akar karakteristik
berbeda (a1
¹
a2
¹
… ¹
ak)
, maka solusi homogen dari relasi rekurensi yang dimaksud dinyatakan dalam
bentuk
an(h) = A1
a1n
+ A2 a2n
+ … + Ak akn
dimana
ai adalah akar karakteristik dari persamaan
karakeristik yang diperoleh, sedangkan Ai adalah konstanta yang akan dicari untuk
memenuhi kondisi batas yang ditentukan.[11]
Tentukan solusi homogen
dari relasi rekurensi bn +
bn-1 – 6 bn-2 = 0
dengan kondisi batas b0 = 0 , b1 = 1 .
Penyelesaian
:
Relasi
rekurensi tersebut adalah relasi rekurensi homogen, karena f(n)=0.
Persamaan karakteristik dari relasi
rekurensi bn + bn-1 – 6 bn-2 = 0 adalah a2 + a - 6 = 0
atau (a
+
3) ( a - 2) = 0 hingga diperoleh akar-akar
karakteristik a1
= -3 dan a2
= 2.
Oleh karena akar-akar karakteristiknya
berbeda, maka solusi homogennya berbentuk bn(h) = A1 a1n + A2
a2n Þ bn(h) = A1 (-3)n + A2
. 2n.
Dengan
kondisi batas b0 = 0 dan
b1 = 1 , maka
b0(h)
= A1 (-3)0 + A2
. 20 Þ 0 = A1 + A2 .
b1(h)
= A1 (-3)1 + A2
. 21 Þ 1 = -3 A1
+ 2 A2 .
bila diselesaikan maka akan diperoleh
harga A1 = (-1/5) dan A2
= 1/5 , sehingga jawab homogen dari relasi rekurensi bn + bn-1 – 6 bn-2
= 0 adalah
bn(h)
=
(-3)n
+
. 2n ð


Jika akar
karakteristik a1 dari persamaan karakteristik merupakan akar
ganda yang berulang sebanyak m kali, maka bentuk solusi homogen yang sesuai
untuk akar ganda tersebut adalah
(A1 . nm-1 +
A2 . nm-2 + … + Am-2 n2 + Am-1
. m + Am ) a1n
dimana Ai adalah konstanta yang nantinya akan ditentukan
untuk memenuhi kondisi batas yang ditentukan.
Contoh 18:
Tentukan
solusi dari relasi rekurensi an
+ 4 an-1 + 4 an-2 = 2n .
Penyelesaian :
Relasi
rekurensi homogen : an
+ 4 an-1 + 4 an-2 =0.
Persamaan
karakteristiknya adalah a2 + 4 a + 4 = 0
(a
+
2) ( a + 2) = 0
hingga
diperoleh akar-akar karakteristik a1
= a2
= -2 , m = 2,
Oleh
karena akar-akar karakteristiknya ganda, maka solusi homogennya berbentuk an(h) = (A1 nm-1 + A2 nm-2)
a1n
,
an(h)
= (A1 n + A2 )
(-2)n ð
Contoh
19:
Tentukan
solusi homogen dari relasi rekurensi
4 an - 20 an-1 + 17 an-2
– 4 an-3 = 0.
Penyelesaian :
Persamaan
karakteristiknya : 4 a3 - 20 a2
+
17 a - 4 = 0
akar-akar
karakteristiknya ½ ,
½ dan
4
solusi
homogennya berbentuk an(h)
= (A1 n + A2 )
(½)n + A3 . 4n
3)
Solusi khusus dari
relasi rekurensi
Pada dasarnya tidak ada satu metode yang
dapat menentukan solusi khusus dari sebuah relasi rekurensi linier yang tidak
homogen. Untuk menentukan solusi khusus dari sebuah relasi rekurensi linier
dengan f(n) ¹
0, akan diberikan beberapa model solusi yang disesuaikan dengan bentuk f(n). Model yang sering digunakan adalah
model polinomial atau model eksponensial.[12]
1. Secara
umum, jika f(n) berbentuk polinomial derajat t
dalam n :
F1 nt + F2
nt-1 + … + Ft n + Ft+1 ,
maka
bentuk dari solusi khusus yang sesuai adalah :
P1 nt + P2 nt-1
+ … + Pt n + Pt+1
2. Jika f(n)
berbentuk bn dan b bukan akar karakteristik dari persamaan
homogen, maka jawab khusus berbentuk
P bn
3.
Jika f(n) berbentuk (F1.nt + F2.nt-1
+…+ Ft.n + Ft+1 ).bn dan b bukan
akar karakteristik dari persamaan homogen, maka bentuk dari solusi khusus yang
sesuai adalah :
(P1 nt + P2 nt-1
+ … + Pt n + Pt+1 ) bn
4. Jika
f(n) berbentuk (F1.nt + F2.nt-1
+…+ Ft.n + Ft+1 ).bn dan b akar karakteristik yang berulang
sebanyak (m-1) kali, maka bentuk dari solusi khusus yang
sesuai adalah :
nm-1. (P1 nt
+ P2 nt-1 + …
+ Pt n + Pt+1 ) bn
Contoh 20:
Diketahui ar – 7 ar-1 + 10 ar-2
= 3r . Tentukan solusi khusus dari ar.
Penyelesaian :
Diketahui f(r) = 3r .
Oleh karena bentuk dari f(r)
tersebut adalah br dan b = 3 bukan akar karakteristik,
maka solusi khusus dari relasi rekurensi tersebut berbentuk P3r.
ar = P 3r.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Rekursif adalah
suatu proses dari fungsi yang memanggil dirinya sendiri.
Fungsi yang seperti ini disebut fungsi rekursif (recursive function) . dalam sebuah fungsi rekursif pemanggilan
dapat terjadi berulang kali. Karena ada proses yang berulang-ulang maka harus
ada suatu kondisi yang mengakhiri.
Pemecahan
masalah dengan pendekatan rekursif dapat dilakukan jika masalah tersebut dapat
didefinisikan secara rekursif, yaitu masalah dapat diuraikan menjadi masalah
sejenis yang lebih sederhana.
•
Sebuah objek dikatakan rekursif (recursive) jika ia didefinisikan
dalam terminologi dirinya sendiri.
•
Proses mendefinisikan
objek dalam terminologi dirinya sendiri disebut rekursi (recursion)
Penyusunan
fungsi rekursif memperhatikan aturan :
a). Basis: bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu
pada di sendiri. Bagian ini juga sekaligus menghentikan defenisi rekursif ( dan
memberikan sebuah nilai yang terdefenisi pada fungsi rekursif).
b). Rekurens: bagian ini mendefinisikan argumen fungsi dalam
terminologi dirinya sendiri. Setiap kali fungsi mengacu pada dirinya sendiri,
argumen dari fungsi harus lebih dekat ke nilai awal (basis).
.
DAFTAR PUSTAKA
Munir,
Rinaldi. 2012. Matematika Diskrit
Revisi Lima. Bandung: Informatika.
Reky,
Umar. 2007. Diktat Kuliah Metode Diskrit.
Kendari: Universitas Haluoleo.
Sutarno,
Heri, dkk. 2003. Common Textbook Matematika Diskrit.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
http://abrari.files.wordpress.com/2009/12/matdis-updated.pdf
http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2013-2014/Rekursi%20dan%20Relasi
%20Rekurens.pptx
http://lecturer.d3ti.mipa.uns.ac.id/hartatik/files/2013/10/bab-3-relasidan-fungsi.pdf
http://www.math.itb.ac.id/~diskrit/Kuliah5baru.ppt
[1]
http://abrari.files.wordpress.com/2009/12/matdis-updated.pdf
[2] http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2013-2014/Rekursi%20dan%20Relasi%20
Rekurens.pptx
[3] Rinaldi Munir, Matematika Diskrit Revisi Lima,
(Bandung: Informatika, 2012), hlm: 139
[4]
http://lecturer.d3ti.mipa.uns.ac.id/hartatik/files/2013/10/bab-3-relasidan-fungsi.pdf
[5]http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2013-2014/Rekursi%20dan%20Relasi%20
Rekurens.pptx
[7]http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2013-2014/Rekursi%20dan%20Relasi%20
Rekurens.pptx
[8]http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2013-2014/Rekursi%20dan%20Relasi%20
Rekurens.pptx
[9] Umar Reky, Diktat Kuliah Metode Diskrit, (Kendari: Universitas Haluoleo,
2006), hlm: 28
[10] Umar Reky, Diktat Kuliah Metode Diskrit, (Kendari: Universitas Haluoleo,
2006), hlm: 29
[11] Umar Reky, Diktat Kuliah Metode Diskrit, (Kendari: Universitas Haluoleo,
2006), hlm: 31
[12] Umar Reky, Diktat Kuliah Metode Diskrit, (Kendari: Universitas Haluoleo,
2006), hlm: 34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar